Sabtu, 21 Desember 2013

Mendung Negeriku

Mendung menggelayut pekat di cakrawala
Menemani kemelut negeri para bedebah
Lintah-lintah kotor menggerogoti setiap sisi
Belatung-belatung menjijikkan menikmati yang sisa

Kaum-kaum munafik mengangguk setiap kata penguasa
Pragmatis Najis
Idealisme, Humanisme, hanyalah kulit tipis badani
Mudah terkoyak di hadapan iming-iming materi

Penguasa tak lebih seonggok daging sisa kompeni
Para pemuka, pemangku, hanya versi modern kaum Farisi
Orang-orang bodoh, berkoar-koar dalam kerlip lampu kamera tivi
Wakil-wakil berdasi cuma tikus berlumuran tahi

Aktivis bertransformasi jadi sosialita yang asyik bergosip ria
Para penggiat cinta masih saja memilah-milah
Rakyat oh rakyat, kasihan sampeyan

Mendung Negeriku Kapankah Berlalu?


-Paul de Chivo-
Kos Mabes, 18 November 2013

Jumat, 20 Desember 2013

Rima Rindu

Menanti sang kereta senja dalam derasnya badai
Dingin menelusuk membekukan trombosit di setiap nadi
Deretan bangku-bangku kosong berkarat menemani
Sepi
Sesekali petantang petenteng PKD on duty

Terbersit ingatan akan dirimu
Menanti di ambang pintu dengan senyum tersipu
Berbalut gaun malam dan sedikit polesan gincu
Di balik rambut yang terurai, tampak giwang pemberian ibu

Wangi Delices de Cartier membius raga dan jiwaku
Hasrat cinta memuncak, bergejolak
Ingin ku jamah setiap inchi tubuh itu
Menggapai fase asmara paling puncak

Ah Dinda, Aku Rindu!


-Paul de Chivo-
Stasiun Bogor, 7 November 2013

Senin, 02 Desember 2013

Rima Rimba

Dor!
Polisi diterjang peluru
Siapa si pemburu?
Siapa sebenarnya yang diburu?
Apakah ada hidden agenda baru?
Teroris?
Anti police?
Zionis?
Politis?
Semua boleh berspekulasi
Apapun. Ini sudah terjadi
Aiptu Kus Hendratna. Tewas!
Bripka Maulana. Tewas!
Bripka Sukardi. Tewas!
Gugur bunga kusuma bangsa
Nusantara bak rimba belantara


-Paul de Chivo-
Busway, 11 September 2013

Senin, 18 November 2013

Mahameru

Kemarin untuk pertama kalinya saya nonton film 5 cm (setelah sekian lama). Tapi saya tidak ingin membahas cerita film itu. Yang pasti filmnya keren dan pesannya dalam juga banyak, mulai dari persahabatan, cinta, nasionalisme, dll.

Yang membuat saya terpana itu adalah lokasi pengambilan film tersebut. Saya jatuh cinta dengan keindahan Danau Ranukumbolo dan puncak Mahameru itu. Pemandangan yang asri, hamparan awan yang terlihat seperti padang bulu domba :D. Mahakarya Tuhan. Paradise. Dan itu ada di negeriku. Berapa kali kata wow yang terucap selama film itu saya tonton.
Damn, gue mesti kesana suatu saat nanti. Entah kapan. Tapi HARUS..!!

"INDONESIA...NUSANTARA...JAMRUD KHATULISTIWA"

Sabtu, 02 November 2013

Konvensi Calon Kepala Sekolah Xavier

Setelah meninggalnya Professor X, membuat Xavier's School for Gifted Youngsters sedikit tidak terarah. Kurikulum tidak jelas, psikologi anak-anak didik terganggu, dan sebagainya.
Jean Grey yang digadang-gadang pantas untuk mengemban tugas itu pun sudah tewas ditangan Wolverine saat pertempuran terakhir, karena berubah menjadi Phoenix. Begitu pula dengan Cyclops, yang dibunuh Phoenix.

Sekarang tinggal Wolverine dan Storm saja. Sayang keduanya pun sepertinya enggan untuk memegang amanah itu, dengan alasannya masing-masing. Wolverine hendak pergi ke Jepang, entah mau liburan, belajar karate atau mencari si Miyabi untuk dijadikan istri, tidak ada yang mengetahuinya.
Sementara Storm lebih memilih menjadi guru saja di sekolah itu. Selain agar bisa lebih dekat secara emosional dengan anak didik, juga agar mendapat predikat pahlawan tanpa tanda jasa.

Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk mengadakan konvensi agar bisa menemukan calon kepala sekolah yang baru, yang bisa memimpin para murid agar bisa menjadi mutant yang punya kapabilitas dan kompetensi di dunia.

Sebenarnya ada seseorang yang dianggap bisa memegang posisi ini, yaitu sahabat Prof. Xavier, Magneto. Hanya saja ditakutkan apabila kemampuannya kembali lagi, dia malah memimpin semua mutant untuk memusnahkan manusia. Seperti menyimpan bara dalam sekam, kalau itu dilakukan.

Seleksi kandidat pun mulai dilakukan, dan undangan mulai disebar (kayak kondangan ya :D).
Hulk dan Hell Boy, dari awal sudah tidak akan diundang, mengingat keduanya lebih berpotensi untuk merusak dan menghancurkan, daripada membangun sesuatu.
Superman dan Iron Man dipertimbangkan untuk diundang, walau hanya masuk daftar tunggu, berhubung unsur besi dalam diri mereka itu ditakutkan akan menjadi kelemahan terbesar mereka, saat berhadapan dengan Magneto (kalau kemampuannya pulih dan masih jahat).

Balasan surat pertama kali diterima dari Daredevil, yang hanya mengucapkan  terimakasih sudah diundang dan belum memutuskan untuk ikut atau tidak, berhubung pasca operasi mata, dia masih dilema untuk menentukan apakah mau melanjutkan statusnya sebagai Daredevil atau berganti menjadi Batman (kita doakan semoga Dilema Pasti Berlalu).

Captain America sudah menyatakan kalau tidak akan ikut, berhubung sangat sibuk sekali. Mulai dari masalah Mesir (bingung mau memihak tentara atau Mursi), mengantar pasukan AS ke pangkalan baru di Australia, masalah Suriah, dan lain-lain.
Si sepuh Rambo, sibuk reunian dengan para veteran, dengan membentuk kelompok arisan Expendables. Sebenarnya ada yang sudah mau mendaftar (padahal tidak diundang), yaitu Spiderman, tetapi ditolak oleh panitia. Alasannya karena dia pernah menjadi hitam dan jahat (rasis gak sih?). Sementara Amazing Spiderman ditolak karena masih bocah, kencingnya belum lurus.
Fantastic Four lebih memilih untuk membentuk sebuah grup vokal, ketimbang ikut hal-hal seperti itu. Korean wave seems to have a bad influence, isn't it?

Opsi kandidat dari luar negeri pun dipertimbangkan. Sayang semuanya menolak.
Ultraman masih sibuk menjaga Jepang yang tiap minggu pagi selalu didatangi monster-monster berwajah jelek. Ra-One juga tidak bisa meninggalkan India, karena maraknya pemerkosaan yang terjadi belakangan ini.
Gundala Putra Petir lebih memilih ikut Konvensi Capres Partai Demokrat. Gatot Kaca sedang menikmati menjadi pengusaha rangka baja dan pemasok pagar kawat berduri untuk Mabes Polri. Sementara Saras 008 lagi sibuk membantu pegawai Kantor Dinas Pendidikan Prabumulih, untuk melakukan tes keperawanan siswi SMA disana.
Boboy Boy diusulkan oleh pemerintah Malaysia lewat surat kenegaraan resmi, tapi ditolak dengan tegas karena selain masih ingusan, juga cara bicaranya yang tidak jelas.

Dan berdasarkan informasi terakhir yang diupdate oleh panitia, ada 10 kandidat yang sudah fix terdaftar, yaitu Cat Woman, Wonder Woman, Thor, Lion-O (Thunder Cats), Aquaman, Tarzan, Punisher, Green Lantern, Blade, dan Robocop (yang ini nekat, gak takut sama Magneto).
Berdasarkan survey LSI (Lembaga Survey Instagram), dari semua kandidat tersebut diatas, yang potensial dan punya kans besar untuk terpilih ada 5, yaitu Thor, Lion-O, Tarzan, Punisher, dan Green Lantern. Kelimanya memiliki background dan track record yang lumayan bagus (itu kata para ahli dan pengamat).

Thor sudah melalangbuana di luar angkasa. Mulai dari Planet Asgard, Mars, Pluto, Krypton, sampai ke Planet of Apes.
Lion-O sudah terbukti saat memimpin pasukan kucing sampai ke pelosok-pelosok, untuk melawan Mum-Ra.
Tarzan, Si Raja Hutan, walau akhir-akhir ini tidak bisa membendung impor sapi, kedelai, gula, dan lainnya, punya kans karena kedekatannya dengan panitia (siapa? rahasia). Punisher jago melawan musuh yang banyak walau hanya sendirian, juga diyakini bisa melindungi para murid, mengingat pengalaman kehilangan anak di masa lalu. Green Lantern diharapkan bisa membangun infrastruktur yang bagus dengan cincin dan kekuatan pikirannya.

Namun, siapapun yang terpilih nantinya, semoga bisa menjadi seorang kepala sekolah yang baik, bisa melindungi para mutant, dan yang paling penting jangan sampai mengirim para mutant itu, untuk membantu Presiden Barack Obama yang mau menyerang Suriah. Biarkan saja itu menjadi urusan dari Prince of Persia (walaupun bukan urusannya juga. cuma deket aja sih :D).
Dan bagi yang tidak bisa ikut konvensi, lebih baik buka usaha konveksi saja, siapa tahu ada yang butuh kostum baru :D

Senin, 21 Oktober 2013

The Hobbit

Iya. Itu diambil dari film dengan judul yang sama, The Hobbit : Unexpected Journey.
Beberapa hari yang lalu, saya menonton kembali film ini dan saya baru menyadari bahwa cerita di film ini sepertinya bisa disamakan dengan negara kita (menurut saya).

Kerajaan Erebor di Pegunungan Sunyi, yang memiliki banyak kandungan emas didalamnya, sama seperti Indonesia yang kaya akan sumber daya alam. Banyak yang ingin memilikinya. Dahulu Spanyol, Portugis, Belanda dan Jepang, jauh-jauh dari negerinya hanya untuk menikmati apa yang negara kita miliki. Walau kita bisa menghalaunya dengan perjuangan yang gigih dan pertumpahan darah.

'Emas' yang kita punya harus tetap dipertahankan. Namun, saat ini ada 'penyakit' di negeri kita ini yang sama dengan Thrรณr (raja erebor), 'penyakit ingin memiliki sendiri', ketamakan. Korupsi terjadi dimana-mana. Permufakatan jahat tidak terelakkan. 'Penyakit yang bisa melemahkan stabilitas sebuah negeri. Hal yang membuat musuh dari luar dengan mudahnya menguasai negeri kita, terutama musuh dengan kekuatan besar seperti Sang Naga Smaug di film, yang bisa sangat mudah untuk menghancurkan kita.

Negara kita memang belum hancur dan dikuasai penuh seperti kerajaan para Dwarf itu. Tapi investor-investor asing yang semakin menjamur disini, seolah menyimpan bara dalam sekam. Apalagi dengan kondisi dimana elit pemerintahan kita sangat dengan mudah untuk disuap dalam urusan perizinan usaha, dan lain sebagainya. Kalau tidak diawasi dengan benar, bara itu pasti akan menjadi api yang sangat membahayakan.
PT. Freeport di Papua, perusahaan perkebunan kelapa sawit di Sumatera, perusahaan tambang batubara di Kalimantan, adalah segelintir 'Smaug' yang mengambil 'emas-emas' milik kita dari bumi pertiwi ini, yang sangat berpotensi untuk menghancurkan.

Kita (rakyat Indonesia), harus bisa seperti 13 Dwarf yang bukan 'siapa-siapa', tapi dibawah pimpinan Thorin (pewaris kerajaan Erebor), memiliki harapan, keyakinan, semangat dan keberanian untuk merebut kembali kejayaan mereka, rumah mereka.
Bangsa ini membutuhkan kita, untuk membangunnya agar bisa mendapatkan kemerdekaan yang seutuhnya, keadilan sosial, kesejahteraan yang merata, dan lain-lain.
Kita tidak perlu harus menjadi 'apa-apa' untuk berbuat sesuatu demi bangsa. Alasan yang sama kenapa penyihir Gandalf memilih Bilbo Baggins, seorang hobbit yang mungkin bagi sebagian orang menganggap tidak bisa apa-apa, bahkan seorang Bilbo Baggins sendiri.

Hal positif sekecil apapun yang kita lakukan pasti bisa memberikan efek yang baik untuk bangsa ini.
Ingat. Tidak hanya Smaug satu-satunya musuh. Masih ada pasukan Orcs, Troll dan Goblin, yang selalu berusaha untuk menghancurkan. Para pengusaha lokal, yang hanya mengeruk keuntungan untuk 'perut' sendiri, tanpa memperhatikan lingkungan dan masyarakat sekitar, itulah para Orcs, Troll dan Goblin, yang harus selalu diwaspadai, dipantau terus, dan bila perlu dilawan.
Hanya dengan keyakinan, keberanian dan persatuan lah kita bisa mengalahkan musuh-musuh itu.

Film ini memang masih belum sampai pada akhir cerita. Tapi terlihat ada sebuah harapan indah yang terbentang di depan para Dwarf itu, dengan sudah terlihatnya puncak Pegunungan Sunyi. Burung gagak yang terbang kembali menuju ke pegunungan tempat rumah mereka berada, menunjukkan sebuah pertanda yang baik pula.
Harapan yang sama juga bagi bangsa Indonesia, Kalau kejayaan sejati itu sudah ada di depan mata. Walau musuh besar, Sang Naga, masih harus dikalahkan terlebih dahulu, keyakinan itu tidak boleh pudar. Karena hanya dengan keyakinan (dan kerja keras tentunya), harapan akan sebuah kejayaan pasti bisa kita raih.

Rabu, 09 Oktober 2013

Dek (chairun) Nisa

Di bawah tangga sebuah gedung megah, bercat putih, ala Romawi, di Jl. Medan Merdeka Barat
Duduk di situ seorang ibu paruh baya, bendahara, anggota partai, berjilbab, anggun, rupawan, menawan
Dari dalam tas Prada, diambilnya Iphone 5, lalu menelpon
Terdengar suara laki-laki di sebrang telpon. Berat. Gagah. "Halo Dek Nisa!"
"Halo Mas Akil. Lagi dimana mas?", jawabnya manja
"Aku dari semalam di KPK. Dijemput Mas Abraham. Mau membicarakan tentang masalah Pilkada Lebak. Nanti kamu harus menyusul kesini Dek. Jangan lupa ajak Mas Wawan. Kalau Mbak Atut, nanti dijemput sendiri sama Mas Abraham"
"Iya mas. Aku segera kesana"
Telpon pun ditutup, dan dia menuju ke arah mobil mewahnya, Mercy, yang diparkir di bawah pohon beringin tua
Sekilas dia melihat ke jalan, lewat bus kota, yang bodinya bertuliskan : HAKIM KONSTITUSI YANG KORUPSI, HARUS DIPOTONG JARI


-Paul de Chivo-
Wisma Mandiri II, 04 Oktober 2013

Kamis, 03 Oktober 2013

(Kenapa Harus) Hari Batik Nasional?

Mungkin setelah membaca tulisan ini, atau bahkan hanya membaca judul di atas saja, banyak yang akan bilang kalau ini bentuk kecemburuan saja.
Iya. Itu benar sekali. Tulisan ini saya buat karena saya merasa cemburu. Dan kecemburuan ini sudah timbul sejak pertama kali ditetapkannya Hari Batik Nasional pada tanggal 2 Oktober 2009 lalu oleh Pak SBY.
Kecemburuan dari seseorang yang nenek moyangnya tidak pernah mewariskan batik kepadanya.

Kenapa saya harus mempertanyakan hal ini, karena alasan bahwa tujuan pencanangan Hari Batik Nasional ini untuk melestarikan warisan budaya bangsa, menurut saya tidak sesuai, karena tidak semua daerah di Indonesia adalah penghasil Batik.
Daerah yang merupakan penghasil batik di Indonesia hanya Jawa, Madura dan sebagian Bali.
Memang saat ini ada beberapa daerah di Indonesia yang sudah ada pengrajin batiknya, dengan ciri khas daerahnya masing-masing, tapi batik di daerah-daerah tersebut baru muncul dan digalakkan setelah 'popularitas' batik mulai naik. Bukan warisan leluhur penduduk daerah setempat.

Saya justru melihat bahwa pencanangan Hari Batik Nasional ini malah semakin menegaskan kalau negara kita terlalu Jawasentris.
Apalagi pencanangan ini dilakukan setelah adanya klaim atas batik dari Malaysia sekitar bulan Januari 2009. Terlebih tidak hanya batik, tapi ada beberapa kebudayaan kita yang diklaim Malaysia. Hal ini bisa saja menimbulkan pertanyaan-pertanyaan konyol, seperti kenapa tidak ada Hari Rendang Nasional, Hari Reog Nasional, Hari Pendet Nasional, atau Hari Angklung Nasional?
Kenapa hanya batik saja yang dibuatkan hari besar?
Bagaimana dengan Songket (Sumatera Barat & Selatan), Ulos (Sumatera Utara), Sasirangan (Kalimantan), Kain Tenun Donggala (Sulawesi Tenggara), Tenun Ikat (Nusa Tenggara Timur & lainnya), dan hasil kerajinan tekstil daerah lainnya?
Apa harus menunggu klaim dari negara lain dulu, baru diperhatikan secara serius oleh pemerintah?
Semua pertanyaan yang pasti akan percuma, karena tidak akan pernah dijawab, even Pak SBY sudah aktif di social media.

Sebagai orang NTT, saya sangat bangga dengan tenun ikat, yang tidak kalah bagus dari batik. Bahkan menurut saya lebih berharga tenun ikat dibandingkan batik, karena menenun itu membuat kain yang bermotif, sementara membatik itu membuat motif diatas kain. Proses menenun dimulai dari memintal benang, bahkan zaman dulu dimulai dari kapas (dipisahkan terlebih dahulu dari buah kapuk), sedangkan untuk membatik sudah tersedia bahan baku berupa kain putih yang tinggal digambar dengan berbagai motif.
Sebagai catatan, kalau tidak salah info, sekitar abad ke-16, sejumlah besar bahan baku batik (kain putih & lilin), diimpor dari India, TIMOR atau SUMATERA (kalian bisa tebak sendiri kenapa 2 daerah itu saya kasih huruf kapital semua).

Tapi dengan saya menulis tentang hal ini, bukan berarti saya tidak suka atau bahkan benci dengan batik. TIDAK.
Saya bangga batik adalah milik Indonesia. Salah satu warisan budaya yang tak ternilai harganya. Lebih bangga lagi karena batik sudah diakui oleh UNESCO sebagai Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.
Saya juga bangga karena batik disukai dan sering dipakai oleh tokoh-tokoh besar dunia seperti Nelson Mandela, Ratu Elizabeth II, Ratu Sophie, Ratu Juliana bahkan Bill Clinton.
Saya pun selalu menghadiahkan batik buat kedua orang tua saya. Saya sendiri juga punya baju batik, walaupun cuma satu :D. Bahkan ikat kepala di daerah saya juga batik *entah bagaimana ceritanya :)

Saya memang tidak setuju dengan dicanangkannya Hari Batik Nasional, tetapi itu tidak mengurangi kecintaan saya terhadap batik.

Terakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, karena hal ini (penetapan hari batik nasional), saya jadi lebih menghargai tenun ikat daerah saya, juga semakin pede dan bangga memakai baju dari kain tenunan itu.

Salam!

Senin, 02 September 2013

Lorong Asa

Kususuri lorong asa
Sempit, berlumpur dan tak bercahaya
Bagai labirin tak berujung di dasar dunia
Tiada seorang pun yang berbelarasa
Berjuang sendiri dengan segala daya
Sakit. Sedih. Tangis. Lelah
Hanya satu harapan di dalam jiwa
Ada bias cahaya di depan sana
Cahaya cinta, cahaya bahagia
Dan aku pun berjaya, tertawa
Sebelum raga menuju nirvana


-Paul de Chivo-
Kos Mabes, 03 Agustus 2013

Jumat, 23 Agustus 2013

Anjing

Di rumah putih besar itu ada anjing
Menggonggong setiap hari layaknya anjing
Tentu....Kalau mengembik pasti bukan anjing
Ada tamu yang datang, menggonggonglah si anjing
Ada pemulung lewat, menggonggong juga si anjing
Pengemis, pengamen, tukang pos, Pak RT bahkan Presiden pun digonggongi si anjing
Saat datang debt collector, berkelahilah mereka dengan si anjing
Hanya dengan big boss dia patuh, karena itu majikannya si anjing
Yes. Si Bos memang pecinta anjing
Herder, Bulldog, Golden Retriever, Kintamani. Semuanya anjing
Disayang bagai anak sendiri. Makan tiga kali sehari. Makanan anjing
Dimandiin. Dikeramasin. Pakai shampo anjing. Di kamar mandi anjing
Tidur di kasur anjing. Pakai bantal anjing
Itulah si anjing
Bukan si Bos yang anjing
Tapi si Bos punya anjing
Nyolong duit rakyat buat beli anjing
Manjain anjing. Foya-foya bersama anjing
Sementara rakyat tidur di samping kotoran anjing
Sambil mengumpat : "Woy anjing! Balikin duit gue anjing! Dasar ANJING!"


-Paul de Chivo-
Busway, 03 Agustus 2013

Senin, 19 Agustus 2013

Dirgahayu Negeriku

Tujuh belas agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia

Lagu dari H. Mutahar itu terngiang kembali di kepala saya. Lagu yang terakhir saya nyanyikan saat masih SD. Dan Sabtu kemarin seakan mengiringi perjalanan saya menuju Istana Negara.

Hari Sabtu, 17 Agustus 2013 kemarin tepat 68 tahun kemerdekaan Indonesia. Saya memutuskan untuk melihat secara langsung upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih. Entah kenapa, tiba-tiba terbersit keinginan itu.
Saya sempat mengajak seorang teman, tapi dia tidak mau karena takut ada bom disekitar situ. hhmm...Memang agak sedih mendengarnya, tapi saya maklumi, dengan melihat negara kita yang beberapa kali mengalami hal buruk itu, wajar saja kalau ada ketakutan seperti itu. Terakhir ledakan bom terjadi di Vihara Ekayana, 04 Agustus 2013 lalu.
Walau kadang beberapa kejadian ledakan bom terkesan seolah 'disetting', karena berbarengan dengan beberapa kasus besar yang terbongkar (seolah untuk pengalihan isu).
Namun ketakutan teman saya itu tidak mengurungkan niat saya, karena saya percaya dengan kinerja tentara kita dalam melakukan pengamanan acara super spesial seperti apel perayaan hari kemerdekaan ini.

68 TAHUN.
Kata seorang reporter sebuah stasiun televisi kemarin, ibarat manusia, usia Indonesia saat ini masih bayi, masih harus tetap berusaha agar bisa 'berjalan dengan lancar'. Ah saya tidak setuju. Negara kita ini sudah tua dan di usia pra-masa keemasan ini, seharusnya 'kita' sudah bisa menikmati apa yang telah dirintis puluhan tahun silam. Hanya saja, kita terlihat seolah masih 'bayi', karena masih saja berkutat dengan berbagai masalah yang bisa dibilang sangat kompleks, yang membutuhkan kerja ekstra agar cita-cita reformasi bisa sepenuhnya tercapai.
Karena sudah tua, tapi tidak 'menjaga diri' dengan baik dan benar, maka berbagai macam 'penyakit' makin menggerogoti setiap sendi negara ini, yang belum bisa terobati. Dan seharusnya di usia seperti sekarang ini, 'kita' sudah menemukan formula yang tepat untuk mengatasi hal-hal tersebut.

Dan jika sudah ada formula itu, maka harapannya agar negara kita ini cepat mendapatkan stabilitas di segala bidang. Sosial. Politik. Ekonomi. Hukum. Budaya. Pariwisata. Dan lain-lain.
Pemerintahan yang bersih, amanah dan benar-benar mencurahkan seluruh kemampuannya untuk memajukan Indonesia.
Wakil rakyat yang benar-benar mewakili rakyat, bukan mewakili si ini, si itu, si anu, si kampret, si bangsat, atau si yang lainnya.
Para koruptor dan 'pemakan' uang rakyat bisa dihilangkan dari negara kita ini. Konglo-konglo busuk yang hobi titip pasal dimasukkan ke kandang macan. Mafia hukum dan makelar kasus pun ikut diberangus.
Makin terciptanya kesejahteraan bagi rakyat, sehingga kesenjangan sosial makin menipis.
Tidak perlu harus mengimpor lagi 'breakfast, lunch & dinner' untuk rakyat.
Tersedianya lapangan kerja, sehingga para pahlawan devisa nun jauh disana, bisa pulang dan bekerja disini, sehingga tidak perlu lagi diperlakukan tak layak di negeri orang.
Terjaminnya keamanan bagi rakyat dimana saja berada.
Tak ada lagi manusia-manusia arogan dan sok suci yang petantang petenteng dengan congkaknya.
Semua umat beragama melakukan ibadah dengan tenang, tanpa perlu was-was dan takut lagi kalau rumah ibadahnya digusur.
'Makhluk-makhluk asing' yang menginvasi negeri ini segera 'kita' kick their fuckin' ass out from this country.
Semua gembong narkoba, human traffiking, dan sejenisnya, yang bisa merusak generasi muda, tidak lagi mendapatkan tempat disini. Dan teroris pun kita buat meringis.
Tidak lupa semoga bangsa ini tetap berdiri kokoh berlandaskan 4 pilar kebangsaan (NKRI, Pancasila, UUD '45, Bhinneka Tunggal Ika).
Masih banyak sekali sebenarnya harapan untuk negeri ini.

Namun mungkin benar kata Sang Proklamator, Bung Karno : "REVOLUSI INI BELUM SELESAI'.

Yapz. Revolusi, perjuangan ini memang belum selesai. Jangan sampai harapan itu hanya sekedar harapan, bahkan menjadi harapan nan sirna. Kita semua harus bahu membahu mewujudkannya. Disaat pemerintah seakan tak tahu arah, sarat akan kepentingan partai didalamnya dan cenderung galau berjamaah, kita sebagai rakyat Indonesia (khususnya generasi muda), tidak boleh tinggal diam dan hanya menuntut kerja nyata pemerintah saja.

"Bangun pemudi pemuda Indonesia. Tangan bajumu singsingkan untuk negara. Masa yang akan datang kewajibanmu lah. Menjadi tanggunganmu terhadap nusa"

Jangan menganggap itu cuma sekedar lagu yang hanya dinyanyikan saat apel 17an, saat ujian sekolah atau saat demo. Jadikan lagu itu pedoman hidup dan pemberi semangat untuk mulai berkarya dan berkontribusi dalam membangun bangsa. Saatnya kita bergerak untuk mewujudkan Indonesia Raya yang BERJAYA, BERDAULAT, ADIL dan MAKMUR, sehingga seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke - Miangas sampai Pulau Rote, bisa merasakan kemerdekaan yang sebenarnya. Bukan kemerdekaan semu seperti sekarang ini.
Tidak harus besar dan luar biasa, cukup lakukan yang sesuai dengan kemampuan kita masing-masing, in our own way. Just do it...!!!
Walaupun balik lagi, peranan pemerintah adalah yang paling utama, karena kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat tergantung pada kebijakan dan kinerja pemerintahnya.

Terakhir saya tutup dengan sebuah ungkapan dari salah satu proklamator kita, Mohammad Hatta :
"Indonesia MERDEKA bukan tujuan akhir kita. Indonesia Merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat"

DIRGAHAYU NEGERIKU


Jumat, 16 Agustus 2013

Pak Sebas & Apel Perpisahannya

Hampir sebulan tidak menulis, sejak postingan terakhir saya. Biasa, buntu ide jadi mati gaye. hehe
Tapi gara-gara beberapa hari lalu diingatin teman saya tentang seorang guru waktu SMP dulu, sepertinya saya harus menulis cerita ini.

Ini sebuah cerita yang bisa dibilang tragis, sedih, menyebalkan dan tidak akan pernah terlupakan seumur hidup.
Saya lupa pastinya kapan kejadian ini. Yang saya ingat kalau tidak salah waktu itu masih awal-awal semester 1, saat saya kelas 3 SMP, jadi kira-kira September/Oktober tahun 1999/2000.

Jadi, sebelum pulang, ada pengumuman dari guru yang mengajar mata pelajaran terakhir, bahwa akan ada apel perpisahan dengan Bapak Sebas (Guru Fisika), karena akan pindah tugas ke Pulau Sumba. Pengumumannya tidak pakai speaker, maklum sekolah di kampung :D
Setelah lonceng pulang sekolah dibunyikan, kami langsung ke lapangan dengan MALAS. Siang-siang di Flores itu panasnya bisa bikin pusing 777 keliling. Ditambah lagi, Pak Sebas ini tidak pernah mengajar kami, karena adanya sistem 'bawa kelas', dimana dari kelas 1 sampai kelas 3, gurunya sama. Jadi tidak hanya muridnya yang naik kelas, gurunya juga, bahkan wali kelasnya pun sama juga. Entah apa maksud dan tujuannya.
Tidak ada komandan upacara, jadi semua mandiri mengatur barisannya sendiri per kelas.

Satu per satu guru yang berwenang (kepala sekolah & jawatannya), maju memberikan sepatah dua kata (padahal banyak) sebagai salam perpisahan untuk beliau (Mr. Sebas). Dan terakhir giliran yang empunya acara memberikan kata-kata mutiara untuk anak didiknya, sebelum meninggalkan sekolah ini.
Saya tidak tahu apa yang dikatakan oleh beliau, karena memang sengaja tidak mendengarnya. MALAS. Tinggal pergi juga, masih saja banyak cakap. Say goodbye aja lah. Simple...

Dan, namanya remaja yang baru akil balik, gejolak kreatifitasnya kan menggebu-gebu, makanya waktu itu saya dan beberapa teman di barisan belakang asyik-asyik saja bermain dan bercanda. Kreatif kan?? ;)
Saya lupa waktu itu kami bercandanya bagaimana dan siapa yang memulainya terlebih dahulu. Mungkin kalau kami ada di masa sekarang, kami sudah ber-gangnam style atau ber-harleem shake ria disana. Jadi analisa saya, jangan-jangan waktu itu kami ber-SKJ (Senam Kesegaran Jasmani). hehe...
Ah lupakan...

Singkat kata. Singkat cerita.
Tiba-tiba kami sudah keluar dari barisan kelas 3A (maklum awak pintar), dan tiba-tiba juga Pak Sebas sudah berada di depan komuk imut saya, dan tiba-tiba lagi semua teman saya yang tengil, kampret, kacrut itu sudah berdiri rapi di barisan, meninggalkan saya sendirian. TEGA.
Dan sampai sekarang masih jadi pertanyaan bagi saya, kok bisa mereka secepat itu kembali ke barisan. Padahal belum ada berita (saat itu), kalau Flash menurunkan ilmu cepatnya ke orang lain.

Di hadapan saya, Pak Sebas terlihat seperti Dr. Bruce Banner yang mulai berubah menjadi Hulk. Otot-otot membesar, baju mulai terkoyak, tubuhnya bukan jadi ijo tapi merah, muncul tanduk dan ekor. Persis seperti Hell Boy. Lho??!!
Saat itu sih saya berharap menjadi Man Of Steel yang memegang Perisai Captain America dan Godam Mjolnir milik Thor, agar bisa melawan 'makhluk buas' di depan saya ini, atau ada BatMobile, jadi bisa kabur secepat kilat.

"Kau ikut saya ke depan!!!!!", teriak Pak Sebas.

Dengan langkah gontai dan berat hati, terpaksa saya jalan ke depan barisan. PASRAH.
Sampai di depan, saya tiba-tiba gemetaran (kalau gempa, pasti berpotensi tsunami), setelah melihat Pak Sebas menuju ke arah salah satu kelas. Dengan kemampuan menerawang bak Ki Joko Bodo, mata saya langsung tertuju ke arah pagar bambu di TMIK (Taman Mini In depan Kelas #maksa :D). Dan ternyata benar, dia langsung mencabut salah satu pagar bambu itu yang ternyata cukup panjang (± 50 cm).
Si ksatria berpagar bambu itu kembali menghampiri saya. Dan dengan gaya ala Travis Barker 'Blink 182' dikolaborasikan dengan Jerinx SID, dia langsung melancarkan aksi gebuk menggebuk, seolah punggung saya ini drum merk Yamaha.

Punggung rasanya perih luar biasa, ditambah sakit hati saat melihat pecahan bambu jatuh satu per satu ke lantai. D.A.M.N..!!!
Tapi, dalam hati saya bertekad tidak akan menangis walau sakit. Gila kali nangis di depan junior-junior yang baru masuk. Gue harus bisa setegar dan sekuat pasukan Spartan, walau gak sixpack. GANBATE..!!

Setelah penganiayaan itu berakhir (PUJI TUHAN..!!), dengan santainya dia menyuruh saya masuk barisan kembali, tanpa rasa bersalah dan simpati sedikit pun. Cih..!!

Saat perjalanan pulang ke rumah, tidak ada satu pun teman yang menggoda saya. Mungkin mereka iba dan tidak tega.
Saya tau kalau punggung saya memar-memar (kalau ada yang tidak percaya, sini saya pukul punggung kalian biar tau), tapi luka ini harus kubawa berlari, berlari, hingga hilang pedih perih (itu kata Chairil Anwar).

Sejak saat itu, bahkan sampai sekarang, saya tidak bisa melupakannya, dan belum bisa menerima perlakuan itu. Bukan karena dipukul (itu sudah biasa di dunia persilatan), tapi karena yang memukul saya itu Pak Sebas, guru yang tidak pernah menurunkan 'ilmu kanuragannya' kepada saya, bahkan menegurnya pun bisa dihitung pakai jari.
Ditambah lagi, itu hari terakhir dia di sekolah. Batang hidungnya tidak akan terlihat lagi mulai besok dan seterusnya. S.H.I.T...!!!

Seandainya waktu itu praktek kekerasan oleh guru tidak lumrah, trus saya sudah melek hukum, dan UU Perlindungan Anak sudah ada, mungkin sudah saya laporkan ke polisi, dan mungkin Pak Sebas tidak jadi pindah tugas ke Sumba tapi malah ke 'Hotel Prodeo'. Lumayan kan 3,5 tahun dipenjara dan/atau denda 72 juta rupiah (pasal 80 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak). hehehe

Sudahlah. Yang lalu biarlah berlalu.
Jadikan itu sebagai bagian cerita hidup saya. Kan dalam hidup pasti ada manis, ada pahit. Ada bahagia, ada sedih. Ada Pak Sebas, ada bambu, ada memar di punggung. *eh
Kapan ya kita ketemu lagi pak??
Coz dulu sehabis dipukul, saya lupa jabat tangan Bapak =))

Jumat, 19 Juli 2013

Pemuda Bicara Perubahan

Kali ini sedikit serius bahasannya (mudah-mudahan). Saya ingin me-review bukunya Pandji Pragiwaksono : Berani Mengubah (entah ini termasuk book review atau bukan). Kalau ini termasuk book review, berarti this is the 1st time. Kalau bukan, ya udah lah ya. hehe

Om Pandji ini menurut saya adalah salah satu dari sekian banyak pemuda terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini. Kenapa saya bilang banyak? Karena memang banyak :D, hanya saja rezim media kita saat ini cuma menjejali otak kita dengan segala hal yang menimbulkan sifat skeptis dengan Indonesia, khususnya generasi muda.

Dia (Pandji) memberikan banyak inspirasi buat pemuda Indonesia yang lain, lewat karya-karyanya seperti Nasional.Is.Me, Merdeka Dalam Bercanda, Berani Mengubah (buku); bit-bit yang berkualitas dan mendidik saat beraksi sebagai komika (Stand Up Comedy); rima-rima ciamik dan nasionalis di lagu-lagunya (HipHop); kepeduliannya dengan anak-anak penderita kanker (pendiri YPKAI); tulisan-tulisan di blognya yang sering saya baca :D; etc.
Jadi, bagi kalian yang hanya mengenalnya dari acara Kena Deh!, berarti anda belum move on.
Oh iya, kami sama-sama fans MU lho (out of context. lupakan).

Pujian saya diatas sejalan dengan pendapat dari beberapa orang di halaman awal buku Berani Mengubah ini. Yang paling saya suka itu pendapatnya Wahyu Aditya (HelloMotion), yang menjadikan nama PANDJI sebagai akronim dari Produktif, Aktif, Nasionalis, Dedikasi, Jujur, Inspiratif. Cucoook cin!

Oke, cukup puja-pujinya, sebelum si Pandjistelroy nyebur ke laut dan lupa daratan :))

Back to the topic!

Baru membaca bab paling awal (Setelah Nasional.Is.Me), yang bisa dibilang bab prakata (mudah-mudahan benar), saya seakan ditampar oleh guru Bahasa Inggris saya di SMP yang punya telapak segede gaban.
Damn! I'm doing nothing for this country!
Saya masih sekedar bermimpi untuk membuat sebuah perubahan, tapi belum bisa melakukan sesuatu. Masih berkutat dengan permasalahan pribadi saya sendiri. hhmm...
"Apabila Anda siap berjuang, silahkan masuk ke halaman pertama untuk memulai perjuangan Anda", ini adalah sebuah tantangan dari Om Pandji, yang sebenarnya (menurut saya) bukan hanya 'perjuangan' untuk membaca buku ini sampai habis, tapi ada arti tersirat dibaliknya yaitu memulai perjuangan untuk Indonesia yang lebih baik.

Dan, ternyata halaman berikut buku ini memang menunjukkan bahwa buku ini serius dan menuntut 'perjuangan' untuk membacanya, terutama bagi kaum alay.
POLITIK. Sesuatu yang dulu (sebelum masuk kuliah) selalu saya jauhi, karena takut mengurangi kualitas hidup saya yang ciamik dan penuh canda tawa.
Ajakan Pandji dalam bab ini untuk mengenal politik lebih jauh, memang ada benarnya. Karena kita tidak akan terlepas dari kebijakan-kebijakan politik penyelenggara negara, yang tentunya berpengaruh pada hidup kita kapanpun dan dimanapun kita berada, sebagai warga negara Indonesia. Dan saya sudah menyadari hal itu sejak kuliah, sehingga saya menjadi lebih peka dengan hal-hal berbau politik, juga tingkah pola para politisinya.
Bagaimana bisa negara ini maju (seperti harapan kita semua), jika kita memilih penyelenggara negara yang salah? Itulah kenapa kita harus tahu dan mendalami politik. Kita harus bisa mengetahui siapa yang benar-benar tulus dan siapa yang hanya ingin meraih keuntungan lewat jabatan. Kita juga harus tahu siapa yang pantas dipilih dan siapa yang tidak pantas. Kita harus bisa lebih peka dengan praktek politik busuk, money politics, politik pencitraan dan sejenisnya, yang justru sekarang ini lagi gencar-gencarnya dilakukan oleh tikus-tikus berdasi itu. Juga lobi-lobi politik oleh partai dalam pengambilan keputusan, yang bagi orang awam mungkin akan mengira itu adalah bentuk keberpihakkan pada rakyat, padahal ada agenda kepentingan partai dibelakangnya.
Seperti kata Om Pandji, "Semakin kita buta politik, semakin mereka memanfaatkan kebutaan kita".

Hal yang tidak kalah penting dari politik adalah kesadaran hukum.
Ceritanya Om Pandji tentang tilang itu adalah satu dari sekian banyak masalah sepele yang memiliki efek sangat besar ke depannya. Bagaimana kita bisa punya penegak hukum yang bersih, kalau dikit-dikit 'damai'. Coba lihat akibatnya. Bahkan walau kita tidak minta 'damai' pun, kadang polisinya sendiri yang menawarkan. See?
Bagaimana dengan penyusunan RUU di DPR, yang rentan adanya 'pasal titipan'? Atau penegakkan hukum di Indonesia yang juga masih 'melapangkan' praktek 'jual-beli kasus'. Semakin kita tidak peduli, akan semakin lemah penegakkan hukum di negara ini, sehingga akan semakin merajalela pula kejahatan dan ketidakadilan. Apalagi, sisi negatif manusia kan memang sudah tertanam dalam diri, jadi kalau ada waktu yang pas dan semesta mendukung, jadilah itu barang. hehe
Benar tuh kata Glaucon, kalau manusia hanya akan berbuat baik dan adil dalam hidup, ketika ada dihadapan orang lain. Kalau kata Bang Napi mah kejahatan terjadi karena ada kesempatan atuh. Waspadalah! :D

Selain kedua hal diatas, yang tidak kalah penting juga adalah masalah ekonomi.
"Political reform starts from economical reform". Yapz, ekonomi adalah elemen penting dalam penyelenggaraan suatu negara. Simpel-nya, untuk jadi negara yang maju itu butuh duit (mau cewek cakep aja mesti berduit kan :D). Nah disitulah peran dari si ekonomi ini. Jika kebijakan pemerintah bisa menyebabkan perubahan ekonomi yang lebih baik, maka rakyat akan lebih makmur, pendidikan lebih terjangkau, masyarakat jadi cerdas dan kritis, sehingga negara kita bisa menjadi negara yang hebat.
Dan untuk mewujudkan hal-hal itu, yang harus kita lakukan adalah lebih giat dalam mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah. Itulah kenapa kita dituntut untuk punya kepekaan dan kesadaran akan politik tadi.

Tapi, kesadaran itu tidak akan bisa timbul dalam diri kita, bila kita sendiri tidak mengenal negara Indonesia dengan baik. Gimana bisa cinta, kenal aja kagak. Ya kan?. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka pasti dicuekkin, diselingkuhin, dianggurin, dijerukin, ditomatin. Apalagi ketidaksadaran itu justru sangat akut dalam diri wakil rakyat kita sendiri. Hal yang membuat daerah-daerah diluar (maaf) Pulau Jawa, seperti sangat jauh dari radar pemerintah pusat, sehingga pembangunan daerah seolah hanya mimpi di siang bolong. Dalam hal ini, saya juga menyalahkan diri sendiri yang belum bisa berkontribusi untuk membangun kampung saya di Flores sana. Saya sama seperti orang-orang lain, yang ingin meraih kesuksesan pribadi, dan menganggap bahwa kota Jakarta adalah tempat kesuksesan itu berada. Damn!
Dan, ketimpangan-ketimpangan yang terjadi di negara kita ini, bisa sedikit demi sedikit dikurangi jika kita bahu membahu membantu sesama bangsa ini, demi terciptanya keadilan sosial yang merata.

Sayang, hal tersebut sepertinya masih belum bisa terwujud. Persatuan dalam ikrar Bhineka Tunggal Ika dan Sila ke-3 Pancasila, seakan hanyalah sebuah slogan pemanis yang tidak punya arti apa-apa.
Masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa menerima perbedaan ini, entah itu ras, suku atau agama. Lihat saja kalau bertemu dengan orang baru, pertanyaan seputar orang mana atau agama apa, masih sering kita dengar. Seharusnya (menurut saya), tidak perlu lagi pertanyaan seperti itu, kalau kita semua sudah merasa sebagai sesama bangsa Indonesia.
Fanatisme agama mungkin yang paling mencolok diantara semuanya dan yang lebih tinggi potensi konfliknya. Kasus Alexander (seperti diceritakan di buku ini), adalah bukti bahwa kita belum bisa menerima perbedaan.

Maka dari kondisi masyarakat Indonesia yang seperti itu, kita sebagai generasi muda dituntut untuk mulai memikirkan dan berani memutuskan untuk mau mengubah Indonesia, lewat kegiatan apapun yang memang sesuai dengan passion kita masing-masing.
Kenapa harus sesuai passion? Karena dengan begitu kita akan bisa lebih enjoy, tetapi juga fokus dalam melakukannya, sehingga hasilnya tentu akan luar biasa. Seperti kata Om Pandji, "Berani Mengubah juga berarti harus Berani Fokus". Dan hal itu sudah dibuktikkannya dengan mendirikan Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia (YPKAI) sejak 2006, untuk mengurus anak-anak pasien kanker.
Selain yang dilakukan Pandji, kita bisa mencontoh dan mengambil inspirasi dari orang-orang tua seperti Ni Nyoman Suparni, Kak Lung, Pak Syamsudin dan Bu Indrawati Sambow, sosok-sosok pahlawan perubahan yang mengorbankan kenyamanannya demi membuat orang lain merasa nyaman.
Atau ide-ide dari para pemuda Berani Mengubah seperti Umen (Operasi Semut), Jessica Farolan (Smile For The Future), Kojek (#SKUBYB), Alika (LANDA Center) dan Damar (Dapur Kita). Juga bisa mengambil inspirasi dari Bapak Anies Baswedan dengan program Indonesia Mengajar-nya, Glen Fredly dengan Voice Of The East, dan masih banyak lagi yang lainnya (yang tidak pernah diliput media).

Dan, dengan perubahan kecil yang kita mulai, harapannya semoga perlahan dunia mulai mengenal kita sebagai bangsa yang besar, karena memang begitulah kita adanya, bukan hanya hal yang negatif saja. Kita bukan bangsa teroris (ingat MU yang batal main di Indonesia karena ulah ter-kampret-oris itu? atau musisi-musisi yang membatalkan konsernya karena merasa tidak aman? Damn!).
Kita juga bukan pecundang, seperti kata pendaki asing yang meremehkan tim 7 Summits Indonesia, dengan mengatakan kalau "You're very small". Hal itu harus kita bantah dengan menunjukkan kalau kita ini "Kecil-Kecil Cabe Rawit". Biar imut tapi pedes banget!
Dan, semuanya itu pasti bisa kita lakukan, karena kita punya potensi. Seperti kata Pandji, kita hanya perlu Kepercayaan Diri, Kemauan dan Pemimpin, sehingga dengan begitu kita bisa berinisiatif untuk membangun Indonesia.
Memang butuh waktu, tidak instan. Tapi kalau tidak pernah ada action, pasti tidak akan terwujud bukan? So, saatnya kita beraksi kawan!

Terus apa yang harus saya lakukan agar bisa mengubah Indonesia?
Pertanyaan yang muncul setelah membaca buku ini.
Sebuah tantangan yang diberikan Pandji kepada orang (khususnya pemuda) yang membaca buku ini. Tantangan dari seseorang yang tidak hanya berwacana tapi sudah beraksi. Semoga saya bisa mulai melakukannya, dan menjadi bagian dalam perubahan itu. Dan semoga pemuda Indonesia yang lain, yang belum melakukan sesuatu untuk Indonesia (seperti saya) pun juga ikut memulai aksinya.
Jadilah anak nongkrong yang berkualitas. Jangan hanya ngomongin gadget terbaru atau galau berjamaah.
Keren lagi, kalau pas lagi nyruput slurpee di Sevel atau 'cuci jemur' di Dahsyat, sambil ngobrolin ide untuk membangun bangsa. hehe
Karena .................

Indonesia memang butuh KITA.

Indonesia butuh PEMUDA.

MARI MENGUBAH INDONESIA..!!!!!!!

Sabtu, 13 Juli 2013

Bulan Puasa

Hari Rabu kemarin ditetapkan sebagai awal bulan puasa (1 Ramadhan 1434 Hijriyah) bagi umat muslim, oleh pemerintah (setelah sidang Isbat hari Senin lalu). Walaupun ada perbedaan dengan Muhamadiyah, tapi dengan penetapan pemerintah itu, maka umat muslim Indonesia mulai menjalankan rukun Islam ketiga itu, sampai hari raya Idul Fitri bulan depan nanti.

FYI : Di agama Katholik (kebetulan saya penganut Katholik), juga ada hukum untuk berpuasa (dan berpantang) selama 40 hari, sebelum Hari Raya Paskah.

Kembali ke pembahasan tentang bulan puasa.

Suasana bulan puasa ini baru saya rasakan saat saya tinggal di Jakarta. Maklum, di kampung saya mayoritas Katholik. Bahkan suara adzan pun hanya saya dengar saat siaran adzan Maghrib di TVRI. Saya baru punya teman muslim pada saat saya SMA di kota Maumere (ibukota kabupaten Sikka) itu pun tidak banyak, dan bisa mendengar adzan Dzuhur dari Mesjid di samping sekolah, yang mungkin satu-satunya di kota saya itu.
Pada saat bulan puasa pun tidak seperti di Jakarta atau daerah mayoritas muslim lainnya, maklum di sekolah tidak banyak siswa-siswa muslim. Di angkatan saya pun jumlahnya tidak sampai 15 orang, dari ratusan siswa-siswi yang ada. Jadi bisa dibayangkan, suasananya pasti tidak seperti bulan puasa. Suasana itu baru terlihat saat mereka memenuhi Lapangan Kota Baru, untuk sholat ied di hari Idul Fitri.

Baru setelah di Jakarta, saya akhirnya bisa merasakan bagaimana suasana bulan puasa ini.
Pagi-pagi ada orang (didominasi anak kecil) yang berkeliling dan berteriak membangunkan warga untuk sahur, sambil membunyikan tong atau benda yang lainnya.
Teman-teman saya yang jadi rajin ke Mesjid/Mushola terdekat (padahal sebelumnya ogah-ogahan) untuk sholat. Persis seperti segelintir orang di kampung saya, yang baru keliatan batang hidungnya di Gereja saat Natal dan Paskah saja. hehe. Manusia tidak ada yang sempurna. Dimaklumi saja. Lebih baik masih sempat dilakukan (berdoa/sholat), daripada tidak sama sekali.
Juga suasana saat mulai ngabuburit sampai buka puasa, yang sepertinya ada sensasi tersendiri :D

Yang saya tunggu-tunggu di bulan puasa itu saat ada ajakan teman-teman untuk bukber (buka puasa bersama). Apalagi kalau buka bersama yang diadakan oleh Senat, BEM, senior yang sudah jadi pejabat, sebuah institusi atau yang lainnya. Maklum, saya mahasiswa kere, jadi ajang makan dan perbaikan gizi gratis seperti itu tidak boleh dilewatkan. hehe.
Nah, biasanya kalau diajak bukber seperti itu, saya pun kadang ikut berpuasa seharian, biar bisa sama-sama merasakan 'sensasi' buka puasa tadi :D. Dan memang saat buka puasa itu rasanya gimana gitu. Pas lagi benar-benar lapar dan haus, trus masuk es kelapa muda/kolak. Segar. Nikmat. Damai. Ciamik. Sensasional. Cetar membahana badai.
Saya jadi membayangkan bagaimana perasaan seorang musafir di tengah padang gurun yang panas, saat menemukan sebuah oase. Bisa-bisa airnya dihabiskan. hahaha

Yang lucu waktu bukber, itu pada saat mencari makanan berbuka (tajil). Banyak sekali kemauan masing-masing (biasanya sedikit berdebat) padahal sudah on the spot, sampai akhirnya terdengar adzan Maghrib (tanda berakhirnya puasa), dan terpaksa buka puasanya pakai Aqua gelas.
Tapi, 3 ronde berikutnya adalah 'surga'.
Menikmati es buah/es kelapa muda/kolak/es pisang ijo/gorengan + es teh manis (ronde 1).
Trus dilanjutkan dengan makanan 'keras', yaitu kolaborasi antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin, zat besi, seng, aluminium, tembaga, batubara (komposisi ciamik, 4 sehat 5 sempurna), yang biasanya mem-begah-kan :D (ronde 2).
Terakhir, makanan 'ringan' seperti roti bakar keju/pisang coklat/bubur kacang ijo/mie yamin/es krim/es duren/capuccino, sebagai 'pencuci mulut' (ronde 3).
Kadang berlanjut ke ronde-ronde berikut, apalagi bagi mereka yang memaknai puasa sebagai menahan untuk tidak makan 12 jam, sehingga buka puasa adalah ajang pembalasan dendam kesumat. hahaha

Saya jadi berpikir mengenai orang (muslimin) yang 'benar-benar berpuasa'. Bagaimana untuk tidak hanya menahan rasa haus dan lapar, tapi juga menahan godaan-godaan duniawi lainnya. Macetnya lalulintas, body bohai, hot pants, tanktop, rok mini, paras aduhai, paha mulus, orang-orang menyebalkan, suck life, udara panas, uang tip, tumpukkan kerjaan, dll, semua godaan yang bisa menimbulkan pikiran, ucapan dan tindakan negatif, sehingga membatalkan ibadah puasa ini.
Butuh iman super sih menurut saya, untuk menjalankan ibadah puasa yang benar. hehe *maaf kalau saya sotoy

Beberapa tahun belakangan ini, setelah bekerja, 'orientasi' saya di bulan puasa ini sedikit bergeser. Tidak lagi ingin merasakan bagaimana berpuasa dan berbuka, tapi lebih menjadi saat untuk saya menggemukkan badan. hahaha
Saya bisa makan berkali-kali di saat puasa.
Pagi-pagi saat terbangun karena ajakan sahur, baik dari Mesjid maupun teriakan anak-anak yang keliling gang, saya 'terpaksa' ikut sahur. Jam 9, seperti biasanya saya sarapan di kantor, kemudian jam 12 istirahat makan siang. Setelah pulang kerja, karena tergoda oleh jejeran makanan berbuka, yang biasanya 'menjamur' sepanjang gang ke arah kosan, saya pun ikut berbuka. Belum lagi saya wajib menjalani ritual harian dengan nge-teh + gorengan sambil dengerin alunan musik reggae yang syahdu. Setelah itu saya pasti makan malam, dan terakhir sebelum tidur biasanya 'nongkrong' sebentar di Warung Bubur Kacang Ijo. Sudah berapa kali tuh saya makan seharian. hehe
Jadi, kalau kawan-kawan umat muslim di bulan puasa ini berharap mendapat berkah dan pahala, maka saya berharap mendapat berat badan yang naik. hahaha

Sedikit sotoy lagi.
Bulan puasa itu menurut saya adalah saat dimana umat muslim menyiapkan diri menjadi 'manusia baru', saat untuk membersihkan diri dari hawa nafsu dan dosa, saat untuk introspeksi diri, saat untuk menumbuhkan cinta kasih kepada sesama dalam diri, dan tentunya yang paling penting adalah saat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan Nabi Muhammad.
Jadi, ibaratnya abis main, badan kotor, keringatan, berdaki dan bau apek, kini saatnya untuk mandi dan membersihkan diri biar segar, wangi, ganteng/cantik, dan tidur pun bisa nyenyak :D

Akhirnya saya ingin menyampaikan kepada kawan-kawan umat muslim dimana saja anda berada :
"SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA"

Jumat, 05 Juli 2013

Rangga Menggadaikan Cinta

Sabtu pagi yang cerah. Rumput bergoyang dihembus semilir angin. Sinar mentari menerpa wajah Rangga saat membuka jendela.

"Selamat pagi dunia", katanya.

Dia lalu menghampiri meja belajarnya, dan meraih radio butut hadiah dari bokap, saat ulang tahunnya yang ke-10, hampir 10 tahun yang lalu. Saking tuanya, merk radio itupun udah gak bisa kebaca lagi.
Mustang Double Eight, channel radio favorite langsung mengudara. Just the way you are dari Bruno Mars terdengar begitu indah, menambah semangat pagi ini.

Rangga langsung kepikiran sama sang pujaan hati, bidadari manis di ujung gang komplek, Cinta. Itu lagu kesayangan si Bee, panggilan sayang Rangga buat sang pacar.
Gak pake lama, doi langsung nelpon Cinta. Padahal semalam baru aja telpon-telponan sampai kuping panas, batrei bengkak, chasing copot, keypad rontok, gusi berdarah, hidung mimisan, ................
Eh buset, penulisnya lebay nih. Tamparin dikit, plaaaaakk!

Kembali ke cerita...
Bedanya, kali ini pake telpon rumah. Batrei gak mungkin bengkak. Tagihan telpon yang bengkak. Pipi juga sih, karena digampar bokap.

"Halooo", suara Cinta yang khas, halus kayak motor pake oli Top-1, langsung terdengar diujung telpon.
Sambil cengar-cengir Rangga nanya, " Kamu lagi apa Bee sayang?".
"Aku lagi sarapan sayang", jawab Cinta mesra, padahal lagi ngupil.
"Owh. Sayang kamu makannya ati-ati ya, jangan ampe keselek. Kalo kamu keselek, nanti aku jadi sedih sayang", Rangga ngemengnya mulai lebay.  Tamparin juga nih.
"Oh iya. Kamu dengerin Mustang gak sekarang sayang?. Yang diputerin just the way you are lho sayang", lanjut Rangga.
"Astaga. OMG. Oh no. Oh yes. Bruno Maaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrss!!", Cinta berteriak histeris kayak kerasukan setan alay.
"Tapi aku gak bisa dengerin sekarang. Radio gak punya. BB lowbat gak bisa muter MP3. Paket internet abis gak bisa streaming. Oh tidak!", kata Cinta datar.
"Oh cupcupcup. Jangan sedih ya sayang. Ganbate!", Rangga sok-sokan care.
"Dengerin lagu itu aku jadi kangen deh ama kamu. Muaaaach!", Rangga kembali lebay.
"Aku juga kangen kamu. Muuaaaaaachh!!!", Cinta lebih lebay lagi.

Tut...Tut...Tut...Tuuuuuuuuuuuuuuuutt.........

Telponnya mati. Rangga bingung. Tiba-tiba.......

"Anak kampreeeeeeeett. Pagi-pagi udah telponan gak jelas. Setaaaaaaaann!", bokapnya teriak-teriak dari luar, kayak aktivis lagi orasi tolak BBM naik. Mudah-mudahan sih gak bentrok ye.

---------------------------------------------

Tepat jam 7 malam, Rangga udah necis abis. Rambut klimis. Dandanan kayak selebritis.
Maklum malam minggu bro, waktunya kunjung pacar tercinta pujaan hati cetar membahana badai weleh-weleh.

Doi jalan santai, maklum cuma di ujung gang. Sambil bersiul, dia bayangin mukanya Cinta yang mirip Asmirandah, bibirnya yang imut-imut legit kayak bolu kukus, trus mereka duduk berduaan, rambutnya Cinta dielus-elus, trus peluk-pelukan, cipok-cipok dikit dan ........................, ah sedap bener.

TAPI....

Pas nyampe depan rumah Cinta, tiba-tiba langit mendung. Awan menghitam. Bumi gonjang-ganjing. Petir menggelegar. Kilat sambar pohon kenari. Sepertinya mau hujan.
Rangga diam membisu, kaku, kena stroke stadium awal, setelah melihat tontonan di depan matanya. Mimpi apa dia semalam. "Mimpi naik kuda putih, trus jalan-jalan di pantai bro", jawabnya dalam hati :D
Di teras, duduk Cinta bersama seorang laki-laki, yang ternyata teman kampus mereka, si Otong. Ketua Senat Hukum. Pintar. Ganteng kayak Christian Sugiono dicampur dikit sama Paul de Chivo.
Mereka mesra banget. Becanda. Ketawa. Pegang-pegangan tangan. Remas-remasan. Cubit-cubitan. Peluk-pelukan. Cium-ciuman.
Untung gak sampai gitu-gituan.

Gilaaaaaaaaaaaaaaaaa!!

SI KAMPRET SELINGKUH..!!

Rangga bagai disayat sembilu. Hatinya hancur berkeping-keping, kira-kira 12 keping lebih dikit. Daun bunga kamboja didepannya jadi sasaran. Langsung dimakan gak pake sambel. Terasa pahit.

"Mungkin ini yang namanya sakit hati. Rasanya pahit", gumam Rangga pasrah. hiks...hiks...

Doi langsung pulang dengan langkah gontai. Galau tingkat dewa yang tinggal di langit ketujuh agak ke kiri dikit.
Pengen mabok biar stres hilang, tapi takut muntah, kamarnya jadi bau, ngepelnya malas.
Dipaksain tidur tapi gak bisa, padahal udah pake teknik menghitung jumlah kristal yang ada di Planet Krypton. Bahkan dia sampai coba menganalisa kenapa gigitan laba-laba bisa merubah Peter Parker jadi Spiderman. Tetap gak bisa tidur. Galau sangadh..!!!
Akhirnya, setelah nyalain TV dan nonton pidato Presiden SBY di TVOne, baru Rangga bisa tidur. Pulas banget malah.

Besok paginya, radio Mustang kembali memutar lagu kesayangan Cinta, Just the way you are. Siaaaal...!!
Rangga langsung menutup telinga dengan kedua tangannya. Biar gak dengerin. Biar gak galau lagi.
Dia sudah gak mau mengingat semua kisah indahnya bersama Cinta. Yang lalu biarlah berlalu. Dia terpaksa menggadaikan cintanya kepada Cinta, demi kesehatannya dan kemaslahatan umat.

"AKU HARUS MOVE ON...!!!!!", teriak Rangga dengan lantang sambil mengepalkan tangannya keatas, ditambah ikat kepala Merah-Putih. Merdekaaaaa....!!!

Tiba-tiba dia teringat akan gadis berambut ikal dan berlesung pipi disamping Alfamart, sebut saja Mawar. Mungkin bisa jadi gebetan baru. Walau tingginya semeter tak sampai, dengan berat 89 kg dan betis bagaikan talas bogor yang suka lari marathon, tapi gak apa-apalah. Namanya juga digadaikan, dimana-mana pasti berkurang nilainya.
It's OK. Daripada galau trus ngubek-ngubek spiteng. Yang penting kan cinte ye Bang Rangga. #OkeSip

Dan, gara-gara kejadian itu, panggilannya Cinta sudah dirubah sama Rangga.

Dari Bee..........

jadi BITCH..!!!




*pesan penulis : kalo mau versi lain dari cerpenget (cerita pendek banget) ini, dengerin aja lagunya alm. Gombloh - Kugadaikan Cintaku. hehe.

Selasa, 02 Juli 2013

Mie Instan

Mudah dibuat. Gak harus jadi chef apalagi master chef. Tinggal dikasih air, masak, dikasih bumbu, dinikmati deh.

Makanan merakyat, walau kebanyakan jadi tidak sehat.

Penolong penghuni kosan dikala datang akhir bulan dan bokek melanda.

Suguhan paling pas disaat hujan.

Makin lama, cita rasa makanan dari Sabang sampai Merauke bisa didapatkan dalam se-sachet mie. Sudah ada rasa kari ayam, soto, rendang, dll. Mungkin kedepan muncul rasa gudeg, balado tongkol atau sagu bakar, siapa tahu?

Tapi, sekarang makin banyak yang berbau instan yang bisa saja menjadi pesaing dari mie instan (mungkin ini konspirasi zionis. hehe).
Ada bubur instan, bumbu instan, dll.
Ada orang kaya instan. Gak usah 'banting tulang'. Cukup kenalan dan terima hadiah dari politisi yang mengurusi impor sapi. *upsstt!
Ada juga artis-artis instan, kayak duo mangap-mangap keong racun: Shinta-Jojo, Udin Sedunia dengan lagu seadanya, sharukh khan wannabe: Briptu Norman Caiya-Caiya, juga Arya Wiguna dengan ajian sakti Demi Tuhan.

Ah Sudahlah...!!!!!

Yang pasti mie instan itu: Ekonomis Berkualitas dengan Quality Level 10 (pedes banget kalo keripik :D). Kelasnya sama kayak di Jepang sana yang namanya Miyabi. TOP MARKOTOP....!!!!!

Mie Instan oh Mie Instan..

Monggo Dinikmati....!!!!!!!!

Rabu, 26 Juni 2013

Menyapa Pulau Dewata

Ini cerita saat saya ikut tour gratisan ke Bali, dari kantor tempat saya bekerja, minggu lalu. Sebenarnya ga gratis juga, karena sebagian biaya tour dipakai dari uang denda absensi, dan saya ikut berkontribusi untuk 'menyumbangnya'.

Walau semua sudah diatur oleh travel agent, mengenai jadwal, tempat & kegiatan yang akan dilakukan selama disana (namanya juga tour), tapi ga apa-apalah, lumayan bisa refresh otak, yang selalu dijejali dengan rutinitas yang sama setiap harinya.
Kerjaan di kantor memang ga berat-berat amat, malah cenderung ga ada kerjaan sebenarnya, tapi kalau setiap hari kegiatannya sama terus, jadi jenuh juga :D

17 Juni 2013
Packing Time.
Nah kebetulan saya termasuk manusia anti ribetisme, jadi bawanya ga banyak-banyak amat. Cukup beberapa potong baju kaos, celana, alat mandi dan setumpuk kancut (ini yang paling penting, demi mencegah bau yang tidak enak :D).

18 Juni 2013
Berbekal secarik tiket KA Kertajaya, Ekonomi (miris), saya berangkat dari Stasiun Pasar Senen pukul 14.10 WIB, menuju Surabaya (kumpulnya disana).
Sebenarnya kami ada 14 orang yang dari Jakarta, tapi berhubung 13 orang lainnya dari kantor yang berbeda  (cuma satu group dengan kantor saya), dan beli tiket pun terpisah, jadi gerbongnya pun beda sama saya. Tapi mungkin lebih baik seperti ini. hehe
Perjalanan jauh begini (apalagi pake kereta ekonomi), kegiatan yang paling efektif hanyalah tidur, baca buku, ngetwit ato posting status FB (jangan dengerin MP3, sebelum nyesel karena lowbat :D).
Sialnya, pas jam 10.00 malam, lokomotif dari kereta yang saya tumpangi mati ditengah jalan. Lebih sial lagi, tempat dimana mogoknya kereta ini, bagaikan negeri antah berantah bagi saya (nama yang saya baca sih Ujungnegoro, yang katanya masuk daerah Batang), ga ada warung sama sekali, padahal perut saya udah keroncongan dari tadi (hanya diganjal peyek + pisang rebus yang kalau di kampung saya buat makanan babi). Ditambah lagi, saya tidak mengerti sama sekali dengan pembicaraan orang-orang di kereta itu (bahasa Jawa). Siaaaaaaaall..!!!
Akhirnya setelah 4 jam menunggu, lokomotif bantuan dari Semarang pun datang, dan kami bisa melanjutkan kembali perjalanan hingga sampai di Stasiun Pasar Turi, Surabaya, jam 11.00 WIB siang.
Kasihan pantat saya yang seksi ini jadi pegal (pijit-pijit dikit ah).
Setelah bergabung dengan 13 orang lainnya dalam mobil jemputan, kami kemudian menuju kantor pusat di Jl. Jend. Basuki Rachmat (titik kumpul pertama). Dan hal pertama yang saya lakukan saat sampai: memberikan perut saya sentuhan cinta dari makanan yang enak. hehe

19 Juni 2013
Setelah beristirahat selama 6,5 jam, kami kembali melanjutkan perjalanan dengan bus tour pukul 17.30 WIB, menuju titik kumpul kedua di Pasuruan (pantat saya semakin kehilangan elastisitasnya). Namun, karena tahu kalau guide di bus ini ayu tenan (namanya Aprili + temannya sebut saja Mawar), jadi semangat membara deh :D
Setelah semua bus berkumpul (total 4 bus), baru kami benar-benar menjalani tour yang sebenarnya ke Bali. Asik dah!
Beberapa menit kemudian (waktu tidur ga saya hitung), setelah sempat makan malam sejenak di RM. Bromo Asri, Probolinggo, pukul 23.00 WIB (makanannya ga enak beud), kami pun sampai di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, pukul 04.00 WIB, untuk naik kapal penyebrangan (Feri Rajawali Nusantara) menuju Pelabuhan Gilimanuk.
Satu yang harus saya maklumi selama perjalanan: hanya saya dan satu orang lagi dari kantor pusat, yang ngomongnya datar dan kaku (coz sama-sama dari NTT), sisanya (paling tepat semuanya) ngomong medok berirama 3/4, dan tentunya tidak saya mengerti.

20 Juni 2013
Setelah kurang lebih 50 menit menyebrangi Selat Bali, akhirnya kami merapat di Pelabuhan Gilimanuk pukul 06.00 WITA.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Kuta.
Sepanjang jalan dari Gilimanuk ini, terlihat familiar seperti di kampung saya. Suasana pedesaan yang asri, persawahan yang hijau dan indah, rumah-rumah penduduk desa yang sederhana, dll. Yang membedakannya dari kampung saya cuma beberapa hal yang memang sangat khas Bali, seperti adanya patung-patung Hindu dan semacam tempat pemujaan gitu di depan rumah mereka.
Sampai di daerah Negara (baca: negare), kami menyempatkan untuk sarapan terlebih dahulu di Warung Creative (gile, nyang di mari juge same aje, makanannye standar).
Saat di Desa Tabanan, baru muncul tour guide yang sebenarnya, warga lokal berwajah mirip Rano Karno (kata dia sendiri. padahal gak mirip) bernama bli I Ketut Wijaya (si ayu tenan yang awalnya saya kira guide itu ternyata tour leader di bis yang saya tumpangi).
Sayang bli Wije agak monoton. Walau sesekali berusaha membuat joke, tetap aja garing.
Tapi dari bli Wije saya banyak tau soal Bali. Misalnya, orang Bali asli yang hanya ada di Desa Trunyan, daerah Kintamani (jadi ingat lagunya Shaggydog - Anjing Kintamani :D. ga nyambung ya), dan urutan nama-nama anak Bali dari Wayan, Made/Kadek, Nyoman/Koman dan Ketut.
Juga sebutan untuk cewek cantik nan bohai: "mok jegeg modok-modok mereketengteng" (yang ini saya ga bakal lupa).
Sebenarnya masih sangat banyak sekali yang dijelaskan, tapi tidak saya dengarkan saking ngantuk dan malasnya. hehe
Dan setelah sekian lama perjalanan (saya sudah malas hitung), kami sampai di Hawaii Bali (toko souvenir) pukul 14.00 WIB, untuk makan siang (dan lagi-lagi makanannya standar. onde mande!).
After lunch, kami tumpuk-tumpukan di mobil-mobil kecil menuju Pantai Kuta yang terkenal dan jadi langganan syuting FTV itu. Macet ya :D
Di Kuta dikasih waktu hanya 45 menit, jadi kegiatannya cuma melihat-lihat sebentar dan main bola sama beberapa bule. Saya tidak perlu cerita lagi tentang Kuta, sudah terkenal dan bisa digoogling saja :D. Yang pasti, di Kuta tetap ada bule (juga beberapa wisatawan lokal) yang malas pakai baju dan celana lagi berjemur, berenang dan surfing. Juga ada orang-orang yang suka minta foto sama bule (masih).
Dari Pantai Kuta, kami menuju pabrik kata-kata Joger jelek (baca: toko kaos Joger). Disitu saya cuma beli patung manusia ethnic gitu deh, lumayan buat koleksi. Yang lainnya tidak saya beli berhubung ga enz di hati dan di dompet juga :D
Setelah puas belanja, kami langsung ke Pantai Jimbaran untuk makan malam. Sayang juga sebenarnya, sudah di Kuta tapi tidak menikmati sunset yang indah. Ah sudahlah.
Yang saya tidak suka saat perjalanan menuju Jimbaran, cuma pas guidenya bilang: "baiklah bapak dan ibu, saat ini kita akan ke Pantai Jimbaran untuk makan malam romantis". Kampreto. Sebagai jomblo terhormat, saya merasa dinodai dengan kata-kata itu. hiks..hiks..!!
Sebenarnya sih jauh dari kesan makan malam romantis juga, lebih tepatnya makan malam bersama di pinggir pantai. Karena sepanjang pantai ini berjejer pulau-pulau eh meja-meja maksudnya, yang terisi orang-orang yang lagi makan. Tambah ga romantis lagi malam ini, di panggung berdiri manusia-manusia dengan tingkat kepedean diatas rata-rata, yang sedang nyanyi (lebih tepatnya silat lidah) dengan nada do = ngo. Really-really amburadul X_X
Untungnya seafood yang disajikan malam ini membayar semua makanan ga jelas sebelumnya, sekaligus menyelaraskan mood dengan suasana pantai...horee!
Sehabis makan, yang paling tepat ya muleh ke hotel (Hotel Batu Karu), to get molor. zzzzzz...

21 Juni 2013
Bangun pagi-pagi. Mandi. Segar. Ganteng beud.
Pukul 07.30 WITA (rencananya 06.30), berangke lah kitorang samua ke Cening Ayu, Celuk, di derah Batubulan (katanya) untuk sarapan. Cening Ayu iki is toko/pusat produksi Pie Susu dan Kaos Lukis khas Bali.
Dari situ, kami meluncur ke Sanur untuk menonton pertunjukan tari Barong (tanpa Sai). Selama di jalan, sempat diajarin bli Wije, kalau ditanya "ken ken kabare", jawabnya "susu macipok-cipok" (terjemahan ala gue: pengen ngemut tete :D).
Tarian Barong ini katanya menggambarkan pertarungan antara Kebajikan (Barong) melawan Kebatilan (Rangda). Begini lakon-lakon dalam tari Barong itu (singkat, padat & jelas ala gue):

Pertama-tama muncul si Barong membuka acara diiringi gamelan Bali, yang kemudian diikuti munculnya monyet yang lucu dan jahil, sehingga menimbulkan gelak tawa penonton. Lalu muncul 2 orang yang kemudian berantem sama si monyet tadi. Kemudian muncul 2 penari perempuan yang menarikan tarian Bali (entah apa namanya). Setelah 2 penari itu keluar, muncul 2 orang laki-laki (pengikut Dewi Kunti), yang membuat dagelan slapstick ala Srimulat diatas panggung. Lucu. Bikin orang ketawa.
Lalu muncul Patih, dan tidak berapa lama diikuti Dewi Kunti bersama anaknya Sahadewa. Ceritanya mereka dirasuki roh jahat, sehingga mau menyerahkan Sahadewa kepada Rangda (Sahadewa diikat didepan istana Rangda). Tiba-tiba turun (lebih tepat keluar) Dewa Siwa untuk memberikan keabadian kepada Sahadewa, sehingga Rangda tidak dapat membunuhnya.
Lalu muncul babi hutan bersama 3 orang lain, yang memainkan 'perkelahian slapstick'. Yang paling lucu saat kelamin babi hutannya dipotong, lalu keluar air yang ngucur dari area itu. Bayangin sendiri aje ye. hehe
Setelah itu ada adegan Sahadewa berkelahi dengan burung, trus Barong berkelahi dengan Rangda, dan beberapa orang yang muncul untuk membantu Barong.
Paling terakhir muncul 2 gadis berpakaian serba putih ala Bali, yang datang untuk membangkitkan orang-orang yang sudah meninggal, yang seperti kesurupan kemudian menusuk-nusukkan keris ke badan mereka. END..!!

Sehabis nonton, kami menuju Tanjung Benoa untuk menikmati wahana air. Perjalanan ini penuh perjuangan bagi saya, karena harus menahan sakit perut ingin 'melahirkan'.
Sampai di Tanjung Benoa, sebagian orang (termasuk saya) menyebrang ke Pulau Penyu, dengan biaya 50 ribu dan perjalanan kurang lebih 20 menit, naik boat biasa (saya memilih untuk tidak main wahana, karena sudah terbiasa. Bule-bule telanjangnya pun udah sering gue liat. hehe). Di Pulau Penyu, kami hanya melihat-lihat penangkaran penyu saja (tiket masuk 5 ribu), foto-foto sama beberapa hewan selain penyu yang juga dilestarikan disana seperti burung rangkong, elang putih, ular, biawak, kelelawar, dll. Tidak banyak, hanya beberapa saja.
Pulang dari P. Penyu, saya sempat celingak-celinguk mencari, siapa tahu bisa lihat Vanessa Hudgens dan Ashley Greene yang lagi latihan surfing di Tanjung Benoa (itu kata berita). Kapan lagi bisa foto sama artis Hollywood cantik, sexy dan pasti cuma pakai BH + kancut doank. hehe
Dari Tanjung Benoa kami menuju Pantai Dreamland, Pecatu. Pantai lagi. Pasir putih lagi. Cewek telanjang lagi. Horny lagi. Eh!
Ombaknya lumayan buat surfer amatiran. Bagi yang menyukai privacy, mungkin ini pilihan yang cocok. Tidak terlalu ramai. Di beberapa spot malah kosong. Nah ini pas buat mojok, elus-elus, remas-remas, tindih-tindih, dan ...................... ah lu tau lah :D
Setelah itu kami menuju ke Kampung Kertalangu untuk makan malam (lumayan nih makanannya), trus dilanjutkan ke pusat oleh-oleh Khrisna, Jl. Nusa Indah. After that, we back to hotel, coz katong samua su cape to, so we must get a rehat.

22 Juni 2013
Kali ini on time, pukul 07.00 WITA kami langsung berangkat menuju Sanur untuk sarapan. Mungkin karena ini hari terakhir, jadi semua mau menghabiskan waktu yang lama keliling Bali.
Di Sanur, kami hanya khusus makan saja, berhubung pantainya yang tak berpasir. Sanur mungkin sangat cocok untuk menikmati sunrise dan sunset, sambil merasakan getaran ombak yang menghantam tembok pembatas, berduaan, nyruput kopi, dengerin lagunya Metallica eh Craig David aja :D. Pas beud dah!
Dari Sanur kami menuju ke pusat oleh-oleh (lagi) Karang Kurnia, Jl. Gatot Subroto Barat, Denpasar (Pasar Sukowati di cancel). Belanja lagi. Buang-buang pipis lagi. Ngutang lagi (di Jakarta) X_X
Sehabis belanja kami melanjutkan perjalanan menuju Bedugul. Puncaknya Denpasar. Eh Puncak Pasnya deh. Ga deh, lebih lagi dikit :D. Jadi, perjalanannya ya naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali, kiri kanan kulihat saja banyak kebun kol.
Sebelum sampai, kami makan siang dulu (lupa nama restorannya).
Ada kejadian lucu saat ke Bedugul ini. Bli Wije (tour guide), mengatakan bahwa karena bulan Oktober nanti akan diadakan KTT APEC, jadi jalan masuk ke Bedugul sedikit diperketat. Makanya kami diharapkan untuk mengeluarkan KTP dan menempelkannya ke kaca bis, agar identitasnya bisa terdeteksi oleh plastic detector. Setelah semua KTP ditempelkan ke kaca, bli Wije bilang: "oke bapak/ibu sekalian, itu lah bapak polismen kita". Dan, ternyata kami 'dikadalin' sama dia. Polismen yang dia maksud itu ternyata POLISI SEMEN a.k.a Patung Polisi. Kampreto!! X_X
Sampai di Bedugul, saya agak kaget, kok ada laut diatas gunung. Ternyata bukan, itu danau yang sangat luas sekali (norak kan gue. hehe). Disana kita bisa sewa speedboat untuk melihat pura (lupa namanya) yang ada di uang 50 ribu rupiah, bisa juga sewa perahu yang didayung sendiri, sewa pancingan, pasar buah, dll. Yang pasti ada pusat oleh-oleh khas Bali :D
Satu jam di Bedugul, kami melanjutkan ke tujuan wisata terakhir, Tanah Lot.
Perjalanan menuruni gunung ini diiringi oleh deras hujan yang turun membasahi bumi para Dewata. Dingin. Pengen kencing. Lagu yang diputar: Tangga - Terbaik Untukmu. Mendukung sekali. Jadi butuh kehangatan. Cewek mana cewek :))
Ademnya perjalanan ini membuat hasrat untuk tidur dari dalam tubuh meningkat. Bali pun tiba-tiba gelap.

Jreeeeeeeeeeng!!!

Tanah Lot.
Sebuah heritage bangsa yang begitu indah. Beberapa pura yang berdiri megah, bukti kearifan leluhur. Bersih. Asri. Cuma satu kata: WOOOOWW..!!!
Setelah satu jam saya mangap-mangap melihat suguhan didepan mata ini, dari pengeras suara terdengar panggilan bagi rombongan kami untuk pulang :(

Kami kembali ke Pelabuhan Gilimanuk. Sempat makan malam sebentar di Negara.
Kapal feri melepas sauh dan mulai menjauh dari tepi dermaga. Saatnya pulang. Rutinitas membosankan sudah menunggu. Tumpukan pakaian kotor sudah menanti tuk 'dijamah'.

Trims Aprili, kamu ayu deh (ah sial, lupa minta nomor hape).

Trims bli Wije, sudah sukses ngibulin kami semua. Tunggu pembalasanku.

BALI.
Terimakasih atas suguhan keindahanmu. Belum puas sebenarnya 'menggerayangimu' . Kintamani, GWK, Lovina, Danau Tempe (penting. coz banyak anak SMA 'jualan'. katanya), Nusa Penida disebrang sana, bikin tato ditempatnya Jerinx SID, tidur sama bule #eh :D, pokoknya masih banyak deh.
Seperti lagunya Pasto:

Aku hanya pergi tuk sementara
Bukan tuk meninggalkanmu selamanya
Ku pasti kan kembali pada dirimu
Tapi kau jangan nakal

Yapz, jangan berubah. Tetaplah seperti ini. Tetaplah indah. Tetaplah asri.
Aku pasti kembali. Sendiri. Mungkin berdua, bertiga, berempat. Ah sudahlah.

Matur suksma Bali jegeg..!!

Rabu, 12 Juni 2013

Write It, Write That

Pertama kali membuat blog ini, saya berkeinginan untuk bisa menulis setiap hari. Menuangkan semua ide-ide, unek-unek, pendapat-pendapat, dan lain-lainnya di media digital ini.
Sayang keinginan itu tidak pernah bisa terlaksana, padahal tinggal empat hari lagi genap satu tahun sejak postingan pertama saya; First Touch.
Selalu ada kebuntuan (selain karena sibuk kerja), setiap kali ingin membuat sebuah tulisan/postingan.
Apa mungkin saya tidak punya bakat menulis?? Ga deh. Saya selalu pede kalau bisa menulis :)

Ingin rasanya seperti blogger lain yang dengan mudahnya menulis, bahkan bahasan yang sederhana sekalipun dituangkan dalam tulisan yang ciamik dan berkualitas.
Ah sudahlah.
Berusaha menulis sebisa saya sajalah.
Kan Ala Bisa Karena Biasa. hehe

Sabtu, 08 Juni 2013

Mereka Datang Lagi

Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, dibawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Namun, mereka diusir penduduk sekitar, karena bersikap kasar dan sombong. Dua tahun kemudian (1598), Belanda datang lagi ke Indonesia, dipimpin Jacob van Heck.

Dan, hari Rabu (5/6) lalu, pada pukul 09.50 WIB, mereka kembali datang ke bumi pertiwi tercinta ini, melalui Bandara Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Tapi, kali ini mereka tidak berniat untuk mencari rempah-rempah atau melakukan agresi militer ke-3.
Kali ini, dibawah pimpinan meneer Louis van Gaal, pasukan De Oranje (julukan timnas Belanda), datang ke tanah air dalam rangka melakoni laga persahabatan melawan pasukan Merah-Putih, yang digelar di Stadion Gelora Bung Karno, pada hari Jumat kemarin, 7 Juni 2013.

Tidak seperti tahun 1596, saat kedatangan armada Belanda di Banten malah diusir oleh penduduk, kali ini mereka dielu-elukan oleh para penggemarnya. Mereka dinantikan oleh para pecinta sepakbola tanah air, penggemar timnas Belanda dan fans klub tempat para pemain-pemain negeri kincir angin itu bermain.

Tapi, 'pasukan' Belanda kali ini, lebih 'berbahaya' daripada armada ratusan tahun silam.
Siapa yang tidak kenal tukang gedor Manchester United, Robin van Persie (RvP), yang gelontoran 26 golnya di Premier League menobatkan dirinya menjadi Top Skor, sekaligus membawa MU meraih gelar ke-20.
Atau Arjen Robben, yang baru saja membawa Bayern Muenchen meraih treble winner musim ini. Juga pemain ber-skill mumpuni lainnya seperti Wesley Sneijder (Galatasaray), Dirk Kuyt (Fenerbahce), Johny Heitinga (Everton).

Tadi malam, pemain-pemain berkualitas dunia itu dihadang oleh punggawa terbaik milik tanah air.
Kurnia Meiga, Ricardo Salampessy, Raphael Maitimo, Victor Igbonefo, Tony Sucipto, M. Roby, Ahmad Bustomi, Boaz Salossa, Greg Nwokolo, Sergio van Dijk, Andik Vermansyah, dll.
Dibawah arahan Jacksen F. Tiago, mereka berusaha untuk menunjukkan bahwa Indonesia juga punya talenta yang bagus di sepakbola.

Mereka tidak sendiri. Ribuan rakyat Indonesia memenuhi stadion kebanggaan kita, Gelora Bung Karno, untuk memberikan dukungan penuh. Senayan kembali 'dimerahkan'.
And i was there.

"Garuda didadaku. Garuda kebanggaanku. Kuyakin hari ini pasti menang". Lagu wajib itu kembali diteriakkan dengan lantang dan penuh semangat, seperti pekik merdeka puluhan tahun silam.
Sepertinya tidak ada yang mempedulikan lagi, kalau ini hanyalah sebuah friendly match. Ataupun, kekuatan timnas kita yang ibarat langit dan bumi, jika dibandingkan dengan tim oranye Belanda. Mereka diperingkat 9 FIFA, sementara Indonesia nomor 170.
Semua yang datang ke stadion, hanya punya satu tujuan yaitu memberikan dukungan kepada timnas Indonesia (walaupun ada yang datang cuma untuk nonton langsung idolanya).

Saya yakin para pemain Belanda (juga tim-tim lain yang pernah melawan Indonesia), pasti ada rasa gentar saat lagu Indonesia Raya berkumandang dan dinyanyikan oleh ribuan orang yang memenuhi stadion berkapasitas 88.083 penonton (100.800 saat berdiri) itu. Yes, this is a great nation, meneer!!
Saya sendiri selalu merinding setiap kali menyaksikan pertandingan timnas, dan menyanyikan lagu kebangsaan kita itu.

Namun, ada pemandangan tidak mengenakkan saat melihat beberapa orang Indonesia yang memakai jersey oranye tim Belanda. Memang agak naif kalau saya benci melihat orang-orang itu, mengingat di zaman modern seperti sekarang, dan dengan perkembangan sepakbola yang sudah mendunia, pasti semua punya tim idola masing-masing, entah klub ataupun timnas negara lain.
Saya pun mungkin saja akan memakai kostum selecao Brasil (timnas favorit saya), kalau mereka bertandang ke Indonesia.
Saya jadi membayangkan bagaimana perasaan para pejuang dulu saat mengetahui ada orang Indonesia yang membelot dan menjadi antek-antek kompeni. Ah sudahlah...!!!

Kembali ke pertandingan.

Seperti biasa diawal pertandingan pasti ada seremonial menyanyikan lagu kebangsaan dari masing-masing kesebelasan.
Namun sebelum itu, ada satu seremoni yang paling saya benci setiap menonton pertandingan persahabatan Indonesia, yaitu munculnya para pejabat, entah itu menteri atau yang lainnya, ke lapangan untuk berjabat tangan dengan para pemain kedua tim.
Untuk apa?? Numpang eksis, biar nampang di tivi?? Gak Penting!!!!
Dan ini sepertinya hanya saya dapatkan saat pertandingan Indonesia saja. Unik memang negara kita ini.

Yang menarik semalam, saat lagu kebangsaan Belanda dilantunkan, semua menghormatinya. Tidak ada yang meneriakkan yel-yel selama lagu itu dinyanyikan (kecuali pada saat RvP disorot kamera).
Suporter kita sepertinya sudah 'dewasa' (mudah-mudahan).

Dan, momen itu datang lagi. Lagu Indonesia Raya dikumandangkan dan bergema kembali di Gelora Bung Karno. Dan sekali lagi, saya pun kembali dibuat merinding oleh nyanyian itu.
Terlihat para pemain dan official tim Belanda tertegun melihat atmosfir yang sangat luar biasa itu.
Seandainya ini final Piala Dunia, pasti euphorianya lebih hebat lagi. Apalagi pertandingan semalam katanya disiarkan di 11 negara dari 4 benua berbeda.

Namun, agak aneh memang melihat kita sebagai tuan rumah, tapi malah memakai jersey tandang Putih-Hijau.
Tapi, jersey apapun, Indonesia tetaplah Indonesia. Akan selalu didukung suporter setianya.

Dalam pertandingan semalam, penguasaan bola praktis menjadi milik Oranje. Itu tidak perlu dipertanyakan lagi, mengingat perbedaan kelas kedua tim.
Hanya berbekal semangat, para pemain berusaha meladeni permainan tim yang sudah tiga kali menjadi finalis Piala Dunia (1974, 1978, 2010) itu.

Tak sampai satu menit sesudah kick-off, Belanda sebenarnya sudah bisa unggul lebih dulu lewat sontekan Robin van Persie, memanfaatkan bola muntah dari sundulan Sneijder. Sayang, striker MU itu dalam posisi off-side.
Sepanjang pertandingan, penjaga gawang Indonesia, Kurnia Meiga, menjadi pemain yang super sibuk untuk menghalau bola dari Belanda. Beberapa peluang Van Persie, Sneijder, Robben dan pemain Belanda lainnya, sukses digagalkan pemain Arema Indonesia itu.

Namun, setelah berhasil menahan imbang tanpa gol di babak pertama. Akhirnya, gawang Indonesia kebobolan juga di menit ke-57, lewat sundulan pemain pengganti Siem de Jong yang memanfaatkan umpan silang dari Ruben Schaken.
Sepuluh menit berselang, sundulan De Jong kembali merobek gawang Indonesia (catatan untuk Jacksen F. Tiago: 2 kali menjebol gawang, De Jong berada dalam posisi bebas tanpa kawalan).
Dan, di menit ke-90, Arjen Robben mengunci kemenangan 3-0 Belanda atas Indonesia, setelah melewati 2 pemain belakang Indonesia.

Peluang terbaik Indonesia sepanjang pertandingan semalam hanya didapatkan dari Greg Nwokolo di menit 23 dan Andik Vermansyah setelah time-out.

Ada beberapa momen-momen aneh dalam pertandingan semalam.
Ditengah-tengah pertandingan, tiba-tiba para pemain meminta time-out kepada wasit Noor Mohamed asal Malaysia. Kedua kesebelasan terlihat mengambil nafas sejenak dan minum di pinggir lapangan sambil mendapat pengarahan dari pelatih.
Belum lagi tingkah para suporter. Saat pemain-pemain seperti RvP, Sneijder dan Robben mempertontonkan aksi individunya melewati pemain-pemain Indonesia, semuanya malah bersorak. Terlebih pada saat Robben mencetak gol ketiga Belanda, seisi stadion bersorak gembira seolah-olah yang mencetak gol itu tim Indonesia. Momen itu memang terlihat bersahabat. Tapi.......... Ah sudahlah..!!!!

Bertanding melawan tim-tim besar seperti Belanda ini, untuk tim sekelas Indonesia merupakan ajang yang sangat tepat untuk belajar, sehingga bisa berbenah menjadi tim yang lebih baik lagi (dengan harapan kepengurusan PSSI tidak carut marut dan terpecah belah lagi).

Dan kami sebagai suporter, akan terus datang ke Gelora Bung Karno untuk mendukung tim Merah-Putih sampai kapanpun. Menang atau kalah...!!!
Mengutip sebuah spanduk yang semalam dipasang di tribun atas :
"Siapapun pemainnya....Tetap kami suporternya"

Jaya terus sepakbola Indonesia....!!!