Senin, 29 Desember 2014

Cerita 2014 (from my phone)

Biasanya mendekati penghujung tahun seperti ini, di Instagram banyak bermunculan postingan video slide show singkat bertajuk "best moment", yang menampilkan 5 foto dengan jumlah like terbanyak sepanjang tahun ini.
Nah berhubung akun instagram saya isinya sangalah random, dan yang like pun maksimal 20an orang saja, saya memutuskan untuk membuat sendiri list foto-foto hasil jepretan saya dengan HP Samsung Galaxy Grand GT-I9082, yang menjadi favorit saya sepanjang tahun 2014 ini.

Kalau foto-fotonya terlihat biasa-biasa saja, harap maklum karena saya bukan fotografer profesional. Saya hanyalah binatang jalang dari kumpulannya  yang terbuang.

1. Sang Budha Beserta Kita.

Patung Budha dan Pemandangan Alam di Candi Borobudur

Saat backpacking ke Jogja pertengahan Januari lalu, Borobudur menjadi salah satu tempat yang saya tuju (akhirnya setelah gagal terus). Sayang cuma sebentar saja disana.
Dan setelah berpacu dengan waktu karena mulai turun hujan, juga nyempil sana nyempil sini menghindari kerumunan pengunjung lain, akhirnya dapat foto yang menenangkan ini. Setidaknya saat saya posting ke Instagram dan ada yang komentar "how do you take such treat pictures?", membuat saya nyengir bangga.

2. Sunset Di Atap Kosan.

Sunset dan Siluet Kota di Atap Kosan

Hobi saya melepas penat, menghilangkan galau atau sekedar menikmati segelas kopi di atas atap kosan, kadang diberi bonus pemandangan cantik seperti ini (selain punggung basah enci-enci yang baru habis mandi).

3. Misty Morning.

Naik kereta sendirian pagi-pagi di Stasiun Kota

Ada sebuah ungkapan di dalam dunia fotografi (lupa baca dimana), kalau momen terbaik itu hanya berlangsung sepersekian detik saja (kurang lebihnya seperti itu. kalau salah maafkeun).
Dan saya beruntung mendapatkan momen yang syahdu ini, saat mau naik KA Serayu Pagi menuju Purwakarta awal Oktober lalu.

4. 2 Idola 1 Frame.
Pak Anies Baswedan dan Mbak Najwa Shihab setelah Pelantikan Jokowi-JK

Hanya pakai hape, berdesak-desakan dengan wartawan dan orang lain, objeknya bergerak pula, tapi hasilnya tidak ngeblur itu memang bikin senang hati. Momennya juga pas, keduanya tertawa lepas, menunjukkan semangat dan optimisme setelah bertemu dengan Presiden dan Wakil Presiden yang baru saja dilantik.

5. Love Story.

Sepasang suami istri mau naik Kereta Api di Gerbong 2

Fotonya memang biasa saja. Momennya yang spesial.
Romansa kebersamaan dua sejoli yang sudah tidak muda lagi. Together forever ceritanya. Rangga seharusnya malu dengan Bapak ini, karena meninggalkan Cinta sendirian. Betul?

6. Sunset Di Monas.

Monumen Nasional Jakarta di saat terbenamnya matahari (sunset)

Ini satu-satunya foto siluet Monumen Nasional yang saya punya. Berlatarkan pendar warna jingga keemasan dari 'setitik' matahari. Walau sunsetnya tidak begitu bagus, tapi kakak tetap suka.

7. Sweety.

Anak kecil yang imut dan menggemaskan

Terpaksa berhenti makan sebentar cuma buat ambil foto ini.
Menggemaskan. Mau dicubitin, tapi sayang anak orang, bisa dikeplak saya sama bapaknya.

8. Whitish Green.
Danau Kawah Putih Ciwidey Bandung

Memang agak underexposure, tapi suka dengan kontras warnanya. Setidaknya ini angle foto Kawah Putih yang tidak mainstream seperti yang bertebaran di mbah google (mudah-mudahan).

9. Derap Langkah Tentara.

Pasukan Marinir di Medan Merdeka Barat mengamankan Pesta Rakyat Menyambut Presiden baru

Setelah dilantik, Pak Jokowi - JK menuju Istana Negara menggunakan andong hias dari Bundaran HI. Antusiasme ribuan orang yang mengikuti pawai, membuat keamanan sekitar Jl. Thamrin dan silang Monas diperketat. Pihak Kepolisian RI dan TNI dikerahkan untuk memastikan tidak ada aksi-aksi anarkis yang bisa membahayakan Sang Kepala Negara yang baru.
Sudah mirip foto jurnalistik kelas wahid belum ini?

10. Kali Mangga Besar.

Banjir di Mangga Besar Jakarta bulan Januari 2014

Beberapa hari setelah pulang dari Jogja, saya kembali libur karena 'penyakit' Jakarta kambuh lagi. Daerah kosan saya terendam air yang cukup tinggi, bahkan di beberapa titik sampai sepaha orang dewasa.
Suka aja lihat foto ini.

11. Polisi Cilik.

Menonton aksi polisi cilik di Bundaran HI saat Car Free Day

Di momen Car Free Day Jakarta, banyak hal yang bisa ditemui. Selain berbagai jenis jajanan kaki lima, komunitas-komunitas unik dan gadis-gadis bohay berpakaian slimfit yang bermandi keringat, juga kadang ada atraksi-atraksi seperti yang dilakukan para Polisi Cilik pada medio Mei lalu ini.

OKE. SEE YOU NEXT YEAR!



Tabe!

Sabtu, 27 Desember 2014

Teknologi Permudah Interaksi

Perkembangan teknologi saat ini semakin lama semakin maju. Mesin-mesin yang dikendalikan secara otomatis, lambat laun mulai menggantikan sistem manual dari ratusan pekerja. Kuantitas dan kualitas produksi pun tak pelak mengalami peningkatan.
Moda transportasi pun tak lepas dari inovasi teknologi. Berbagai jenis tunggangan ciamik seliweran di jalanan.

Perkembangan teknologi ini pun mempengaruhi 'asupan' informasi bagi semua lapisan masyarakat. Siapapun kini bisa mendapatkan akses untuk memperoleh berita/info terkini dari belahan dunia manapun. Dalam hal ini internet menjadi salah satu kunci yang sangat penting dalam ketersediaan informasi bagi masyarakat.

Hilangnya jarak dan batas
Kemajuan teknologi saat ini juga memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam bidang komunikasi antar sesama. Jarak yang amat jauh seolah terkikis, bahkan terhapus sama sekali. Hubungan antara manusia dari belahan bumi yang berbeda, dengan mudah dapat berlangsung seperti diantara dua orang yang sedang bertatapan muka.

Komunikasi menjadi sangat instan. Hubungan antar manusia begitu dipermudah oleh perkembangan teknologi. Orang tidak perlu lagi mengantri di telepon umum/wartel, untuk sekedar say hello dan tahu kabar dari keluarga yang jauh disana, karena semua sudah bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun lewat telepon genggam mereka masing-masing.
Rasa canggung saat menelepon operator pager untuk menuliskan pesan "I Love You. Met bobok. Mimpi indah. Jangan lupa pakai yang bersayap biar gak bocor", ke pujaan hati disana, sudah tidak ada lagi karena bisa dilakukan sendiri lewat SMS, BBM, WA, dan sebagainya. Bahkan bisa langsung memandangi wajah cantiknya lewat video call.
Pak Pos kini sudah bukan lagi 'malaikat penolong' dikala hati sedang gundah gulana, harap-harap cemas menanti balasan surat dari Sahabat Pena yang entah wujudnya seperti apa. Sekarang semua orang bisa mendapatkan jutaan 'sahabat pena' di dunia maya. Tinggal pasang foto unyu di profil Facebook, pasti akan langsung 'banjir' permintaan pertemanan dari siapapun, baik yang dikenal maupun yang tidak sama sekali.

Kapanpun kita bisa berinteraksi/berhubungan dengan mereka semua lewat chatting/inbox message. Saat 'kopi darat' pun tidak lagi ada kemungkinan untuk salah mengenali orang, karena wujudnya terpampang nyata di dalam setiap album foto yang diupload di akun miliknya.
Bahkan gadis cantik putri paman petani pun bisa dilacak dengan mudah. Asalkan tahu nama lengkapnya, tinggal masukkan kata kunci, dan mesin pencari akan membawa anda ke akun si dia.

Koneksi di dunia maya juga membantu mendekatkan semua orang dengan idolanya masing-masing. Keseharian sang idola bisa diketahui kapan saja lewat twitter/path/FB page. Gaya berpakaian mereka pun bisa dilihat melalui foto #ootd (outfit of the day) di Instagram miliknya.
Si idola pun bisa berinteraksi dengan para penggemarnya dengan membalas komentar/pertanyaan yang diajukan, atau minimal sekedar me-retweet sapaan si penggemar.

Keterbatasan hubungan dengan sesama karena persoalan jarak yang memisahkan, kini sudah tidak lagi dirasakan. Kemajuan teknologi yang begitu pesat, membuat terbangunnya sebuah jembatan maya yang menghubungkan dan mendekatkan semua orang dimanapun keberadaannya.
Dinding tak visual yang menyekat hubungan komunikasi antar manusia, kini sudah tidak berarti apa-apa lagi. Seperti kata pepatah, "jauh di mata dekat di telinga dan dunia maya".

'Go Public'
Ketiadaan jarak antara manusia yang satu dan yang lainnya di dunia modern saat ini, berpengaruh juga pada ranah private masing-masing orang. Layaknya sebuah perusahaan, orang-orang yang eksis di dunia maya seolah melakukan go public. Semua hal apapun, yang seharusnya merupakan sebuah privacy, kini menjadi konsumsi umum. Semalam tidur dengan siapa, jatuh cinta dengan istri Pak RT, BAB di celana, baru habis diurut Mak Erot, hingga bosan dengan istri yang tidak secantik Asmirandah pun bisa diketahui oleh siapapun, karena diposting di sosial media. Pokoknya tidak ada dusta diantara kita.

Bahkan hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan juga seakan tak lagi 'spesial'. 'Curhatan' kepada Tuhan yang seharusnya disampaikan lewat khusuknya doa, kini punya media baru yaitu postingan status Facebook, atau 145 karakter huruf yang ditweet. Seolah Tuhan juga punya akun media sosial, atau ada malaikat yang khusus dijadikan sebagai admin untuk membalas setiap postingan doa yang ada.

Kasus Florence Sihombing yang lalu adalah imbas dari 'go public' ini. Kekesalan yang di share ke media sosial, menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

Apa kabar dunia nyata?
Namun interaksi masyarakat di zaman modern dengan teknologi yang maju saat ini, sangat mempengaruhi bahkan merubah pola hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial. Telepon selular, media sosial, internet chatting, email, dan lain sebagainya itu memang mendekatkan seseorang dengan orang lain yang berjauhan, tapi ironisnya justru menjauhkannya dengan orang terdekat.
Semua hal itu membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer dan gadget miliknya, mengobrol dengan teman dan orang asing kapan saja, tapi melupakan interaksi sosial secara nyata.

Obrolan hangat di ruang keluarga tidak ada lagi, karena Ayah sedang serius dengan laptopnya memantau pergerakan saham, sambil sesekali mengecek bursa taruhan sepakbola. Ibu pun sibuk memilah-milah sepatu koleksi terbaru dari toko online langganannya. Kakak lagi serius stalking timeline sang mantan pacar, padahal sedang menelepon gebetan baru. Adik pun begitu asyiknya bermain game Angry Birds di tablet miliknya. Sementara si Inem tak kalah sibuk membereskan sisa makan malam, sambil menikmati lagu Kangen Band dari ponselnya.

Saat makan bersama teman-teman pun suasananya selalu hening, tidak ada obrolan sama sekali. Bukan karena mengikuti pesan orangtua kalau tidak boleh berbicara disaat sedang makan, tapi karena semuanya terpaku dengan gadgetnya masing-masing. Terasa ada yang kurang kalau sehari tanpa gadget. Seperti makan sayur tanpa garam, atau cabe-cabean tanpa celana gemes.
Orang bisa lebih stres ketinggalan hape daripada uang, karena tanpa hape pasti tidak bisa telepon, BBM, chatting, update status, tweet, dan lain-lain. Tidak bisa 'berinteraksi sosial-media'.

Sekarang dimana-mana berjejer manusia-manusia 'individualis-autis'. Menunduk, memencet, tersenyum dan tertawa sendiri seperti pengidap kelainan jiwa.
Tanpa disadari kemajuan teknologi mulai menghilangkan jati diri dan menggerus identitas setiap orang. Tegur sapa secara langsung dengan tetangga/orang terdekat menjadi berkurang bahkan hilang sama sekali, gara-gara teknologi.





Kecanggihan teknologi saat ini memang sangat membantu sekali dalam segala hal, termasuk dalam hubungan sosial antar manusia. Semua orang bisa begitu mudahnya terhubung dengan siapa saja dan dimana saja. Namun, ada baiknya sesewaktu kita harus 'kembali ke dunia nyata', menjauhi segala tetek bengek teknologi, dunia maya, dan lain-lain. Mencari hiburan yang benar-benar bisa memberikan kebahagiaan paripurna.
Menghabiskan waktu bersama, merajut kembali 'keintiman' hubungan dengan orang-orang terdekat yang kita cintai, yang tercuri oleh 'buah' kemajuan teknologi. Bukan hanya kebersamaan ragawi, tapi juga kedekatan emosional antara satu dengan yang lainnya.
Lupakan facebook, trending topic twitter, online shop, atau yang lainnya, dan sejenak menikmati keceriaan bersama keluarga atau sahabat.

Teknologi seharusnya tidak hanya mendekatkan kita dengan orang yang jauh dan tidak dikenal, tapi juga harus bisa lebih mempererat hubungan kita dengan orang-orang terdekat di dalam keseharian.



Tabe!

Sabtu, 13 Desember 2014

Saat Sedang Off

'Kembali ke dunia nyata' itu memang terasa sangat menyenangkan


Satu minggu menonaktifkan produk teknologi modern bernama smartphone itu membuat hidup terasa lebih happy, damai dan manusiawi.
Lebih enjoy menikmati perjalanan, walau macet semakin menjadi.
Bisa turut larut dalam penderitaan teman dibalik kemudi, yang berjam-jam harus menahan pedal kopling, menginjak rem dengan kakinya walau letih.
Setiap jengkal tempat yang didatangi terasa lebih indah, lebih berkesan, tanpa harus pusing mengatur angle yang benar, biar terlihat sedikit tampan saat selfie. Memang akan terasa kurang, karena pulang tanpa kenang-kenangan potret diri, tapi bukankah memori yang tersimpan dalam ingatan lebih abadi.
Liburan terasa lebih berarti. Tidak perlu berkutat dengan gadget, update sana update sini, jepret sana jepret sini.
Tidak perlu harap-harap cemas menanti berapa orang yang akan kasih 'tanda cinta' buat postingan foto di IG, atau kasih jempol di status FB.
Tidak perlu repot-repot scrolling timeline buat cari twit galau mana yang harus di kasih RT, juga siapa yang mesti diajak twitwar hari ini.
Tidak perlu kesal gara-gara buka sms ucapan terimakasih dari operator IM3, padahal yang ditunggu-tunggu morning greeting dari Sumiati.
Tidak perlu pusing dengan broadcast message yang nyuruh kirim lagi ke 7 orang, biar bisa dapat rejeki. Bodoh. Orang beriman kok gini.
Bisa melupakan sejenak berita soal hasil pilpres yang digugat Pak Prabowo ke MK, atau si Syahrini yang lagi 'ber-ciaobela' di Italy.
Mungkin kalau sedang di kosan, saya akan lebih produktif berkreasi bikin karya seni.
Ada baiknya kawan-kawan pun mencobanya sesekali. Lebih bahagia, itu jaminan pasti. Tapi cukup satu minggu. Jangan terlalu lama offline. Sekarang bukan zaman batu lagi, jadi kurang update bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan ke anak cucu, apalagi buat modusin enci-enci.

Salam damai !



PS :
* Tulisan ini dibuat saat mudik lebaran lalu.
* Ilustrasi gambar dari sini.