Jumat, 27 Februari 2015

Secuil Keindahan Bandung Selatan

Bau belerang yang khas semakin terasa saat saya mulai menuruni satu demi satu anak tangga menuju bibir kawah. Indahnya warna whitish green yang mulai sedikit terlihat dari sela-sela rimbunan pohon, membuat ingin cepat-cepat sampai ke bawah. Apalagi ada suguhan pemandangan 'menjijikan' di depan mata, dimana serombongan laki-laki gagah sedang memonyongkan bibirnya untuk berfoto dengan tongsis, padahal kawahnya masih sepuluh meteran lagi.
Langkah kaki terpaksa saya percepat agar bisa menjauh dari mereka. Niat untuk menikmati sedikit sejuknya hembusan angin sepoi pun jadi diurungkan.

Tak lama, danau-danau kecil berwarna hijau keputihan yang lembut akhirnya terpampang nyata di depan mata.

Tangga_Kawah Putih_Ciwidey_Bandung

Kawah Putih_Ciwidey_Bandung

Ini adalah kali kedua saya menjejakkan kaki di Kawah Putih, satu dari dua kawah yang ada di daerah Gunung Patuha. Bedanya, 3 tahun lalu, saat kesini harus melewati kemacetan panjang yang menguras keringat dan membangkitkan emosi dalam jiwa. Maklum saat itu bertepatan dengan libur natal - tahun baru.
Keramaian orang di area kawah pun tak kalah menyebalkan. Alih-alih menikmati, mau bergaya ala model untuk difoto pun harus berdesak-desakan dengan 'model-model' yang lain.

Kali ini jauh berbeda. Hanya segelintir orang saja yang ada. Kunjungan di jam kerja seperti ini memang agak kurang, begitu kata supir ontang-anting ('kendaraan official' area kawah putih) yang saya naiki.
Ruang yang lapang membuat saya bisa mengeksplorasi dengan leluasa setiap inchi karya yang Kuasa ini. Permainan gradasi warnanya begitu memanjakan mata. Hamparan pasir dan bebatuan kapur berwana putih, berpadu apik dengan warna hijau keputihan pada danau-danau kawah. Tebing batu dan deretan pepohonan hijau tua menjurus kehitaman, menjadi frame yang menegaskan keindahan Kawah Putih ini.
Udara dingin yang ditingkahi sejuknya tiupan angin sepoi-sepoi, dan tajamnya bau belerang menjadi pemanis rasa yang syahdu.

Tuhan itu memang Maha Asyik, seperti kata Sujiwo Tejo, dengan memberikan secuil serpihan surga seperti ini untuk dinikmati mata umat-Nya.

Kawah Putih_Ciwidey_Bandung

Kawah Putih_Ciwidey_Bandung

Tapi, mungkin seandainya tahun 1837 lalu Dr. Franz Wilhelm Junghulm tidak memutuskan untuk pergi ke puncak Gunung Patuha untuk melakukan penelitian dan menemukannya, maka serpihan surga ini akan tetap menjadi kawasan angker selamanya. Tidak akan ada orang yang berani mendekati, tidak akan bisa dinikmati, dan keindahannya tidak akan membuat takjub setiap mata yang memandang. Mungkin pesonanya lambat laun akan hilang tertelan bumi.
Terimakasih cinta ilmu pengetahuan untuk semua ini!

Kawah Putih_Ciwidey_Bandung

Kawah Putih_Ciwidey_Bandung

Situ Patenggang

Rasa cinta yang mendalam antara Ki Santang dan Dewi Rengganis, membuat keduanya yang sudah terpisahkan untuk sekian lama akhirnya saling mencari dan kemudian bertemu kembali di sebuah tempat yang sampai sekarang dinamakan dengan 'Batu Cinta'. Dewi Rengganis pun minta dibuatkan danau dan sebuah perahu untuk berlayar bersama. Perahu inilah yang kemudian dan sampai sekarang menjadi sebuah pulau yang berbentuk hati (Pulau Asmara/Pulau Sasaka).

Itulah cerita legenda yang mengiringi keindahan danau yang berada di Desa Patenggang, Rancabali tersebut. Nama Situ Patenggang sendiri berasal dari bahasa Sunda yaitu pateangan-teangan, yang artinya saling mencari (begitulah infonya).

Keasrian dan kesejukan kawasan hutan pinus dan cagar alam Patenggang, serta hijaunya hamparan perkebunan teh Rancabali yang menjadi latar, menambah efek magis dari romantisme yang membalut eksotisme pemandangan alam dari danau seluas 65 hektar ini.

Situ Patenggang_Ciwidey_Rancabali_Bandung

Angin sepoi-sepoi memberi sentuhan manja, mendamaikan hati yang gundah gulana, galau tak terkira. Bahkan emosi jiwa karena ditipu supir angkot yang meminta ongkos yang tinggi pun bisa hilang, dan hati menjadi tenang kembali. Perahu dayung warna-warni yang berjejer di pinggir danau, semakin menegaskan rasa. Strawberry-strawberry segar siap menjadi 'buah tangan' saat kembali ke rumah.

Situ Patenggang_Ciwidey_Rancabali_Bandung

Situ Patenggang_Ciwidey_Rancabali_Bandung



Tabe!



PS :
  • Kawah Putih ada di Jl. Raya Soreang - Ciwidey, Kab. Bandung. Kalau dari Kota Bandung harus ke Terminal Leuwipanjang dulu, lalu naik elf atau mini bus (L300) ke Terminal Ciwidey. Dari situ lanjut naik angkot jurusan Ciwidey - Situ Patenggang, yang warnanya kuning dan minta turun di pintu gerbang Kawah Putih. Kalau naik mobil pribadi, silahkan beli GPS terus ikuti saja arah yang ditunjuk. :p
  • Tarif masuk terakhir Rp. 30.000, sekalian dengan tiket ontang-anting PP.
  • Kadar keasaman danaunya sangat tinggi (PH O.5 - 1.3), jadi jangan coba-coba berenang dengan gaya apapun, kalau tidak mau jadi sayur asam rasa daging :)))
  • Situ Patenggang jaraknya kira-kira 10-15 KM dari Kawah Putih. Lanjut naik angkot yang sama seperti saat mau ke Kawah Putih tadi. Hati-hati kena tipu juga :p

Sabtu, 21 Februari 2015

Just Me

Untuk edisi foto kali ini, saya akan berbagi foto hasil jepretan saya sendiri, yang saya ambil secara candid di beberapa tempat, dengan menggunakan kamera hape Samsung Galaxi Grand GT-I9082 milik saya.
Kualitas Main Camera hape ini cukup bagus, dengan resolusi 8 MP. Sementara Front Cameranya hanya 2 MP (untungnya saya bukan tipe selfie-holic, jadi ini tidak jadi masalah). Untuk mengambil foto landscape yang sedikit wide pun bisa, karena layarnya cukup lebar (5,01").
Hanya saja foto yang dihasilkan agak kurang tajam warna dan contrast-nya, sehingga harus sedikit dinaikkan lagi nilainya dengan aplikasi seperti Snapseed, atau dirubah tone-nya dengan VSCOcam.

Foto-foto dibawah ini iseng saya ambil, karena tertarik dengan pose orang yang sedang sendiri, yang kadang terlihat begitu menikmati 'dunianya'. Enak aja ngeliatnya :)
Entah ini dibilang jenis foto apa, pokoknya beginilah adanya!

Pak Tua_Nongkrong_Sendiri_di_Kota Tua_Jakarta
Kota Tua
Turis_Backpacker_Naik_Commuter Line_Jakarta_Bogor
Commuter Line Jakarta - Bogor
Bengong_Menunggu_Meeting_Mandiri
Wisma Mandiri II
Anak Gaul_Kereta_Jakarta_Bogor
Commuter Line Jakarta-Bogor
Gadis_Cantik_Main_Tablet_Kereta_Jakarta_Bogor
Commuter Line Jakarta-Bogor
Menerima_Telepon_Halte_Transjakarta_Busway_Olimo
Halte Olimo
Anak Kecil_Lucu_Imut_Bis Kota
Patas Jakarta-Sentul
Pelajar SD_Cewek_Sendiri_Kereta
Commuter Line Jakarta-Bogor
Galau_Hidup_Keras_Ibukota_Jakarta_Bogor_Kereta
Commuter Line Jakarta-Kota
Just_Me_Phone_Dunia_Modern_Terminal_Bis
Terminal Perumahan Sentul
Sebagai bonus, saya kasih foto hasil jepretan fotografer dadakan on the spot, yaitu 'Mas Batu & Mbak Kayu'.

Paul de Chivo_Kawah Putih_Ciwidey_Bandung_Liburan_Backpacking
Kawah Putih Ciwidey

Tabe!

PS :
Bagi orang-orang yang ada di semua foto di atas, kalau sempat 'nyasar' di blog ini, tolong jangan gugat saya, karena foto-fotonya tidak dikomersilkan kok. Nanti fotonya saya email (kalau mau) + saya traktir makan tahu gejrot :D

Rabu, 04 Februari 2015

Pilihan


Beberapa bulan lalu sedikit dikejutkan oleh teman saya yang ternyata sekarang sudah menjadi seorang atheis (begitu kata dia sendiri).
Dalam hati cuma muncul satu pertanyaan. KOK BISA!
Hal itu karena dulu teman saya ini adalah orang yang bisa dibilang religius. Pengetahuan agamanya pun cukup mendalam. Sangat jauhlah dibandingkan dengan saya yang waktu SMA dulu misa di Gereja paling maksimal 2x sebulan.
Seharusnya, dengan begitu iman dan keyakinannya lebih kuat. Sayang kisahnya malah sebaliknya.

Tapi saya pribadi (tidak tau orang lain) memaklumi dan menghargai hal itu (mudah-mudahan dia pun menghargai apa yang saya yakini). Saya tidak mau menjadikan keatheisannya itu sebagai alasan untuk menjauhi, membenci, bahkan menghujat dirinya. Hal yang selalu dilakukan sebagian besar orang, jika ada dari golongan mereka yang memilih untuk berbeda dengan mereka.
Bagi saya, agama itu adalah masalah pilihan hati masing-masing orang. Saya tidak bisa memaksakan dirinya agar tetap seiman dan seagama dengan saya. Setidaknya lebih baik kehilangan satu orang, daripada harus membiarkan dia menjadi 'benalu' bagi 'kelompok' kita.

Pandangan yang sama juga selalu saya utarakan saat menanggapi orang yang berpindah agama. Entah itu keluar atau masuk agama saya.
Bagi saya, selama alasannya adalah karena dia meyakini ajaran agama yang baru itu adalah baik bagi dirinya, saya akan menghargai hal itu.
Lain halnya dengan orang yang berpindah agama hanya karena mau menikah dengan orang yang dicintainya. Kasihan sekali orang seperti itu. Begitu mudahnya menggadaikan cinta kepada Tuhannya dengan cintanya kepada manusia lain. Walau hal itu pun bukan menjadi alasan saya untuk membencinya juga.

Sebuah ungkapan lama mengatakan kalau hidup itu adalah pilihan. Dan memang begitulah adanya. Kita semua selalu memilih sepanjang hidup kita, baik secara sadar maupun tidak disadari.
Dan oleh karena itulah, sebaiknya kita bisa menghargai apapun pilihan orang lain, seburuk apapun pilihan itu menurut kita. Selama yang dipilih orang itu tidak mempengaruhi hidup kita sedikitpun, maka tidak ada alasan untuk mempersoalkannya. Kita tidak punya hak untuk itu.

Memilihlah sesuka hati dalam hidupmu, selama itu baik bagimu. Tapi jangan lupa untuk menghargai pula pilihan orang lain.



Tabe!

*ilustrasi gambar dari sini.