Jumat, 25 September 2015

25+1 Lagu Reggae Pilihan Kaka Chivo Buat Kamu

Saya lahir dan besar di kampung yang reggaeholic akut (selain alkoholik :p). Mereka yang tidak suka reggae mungkin orang-orang terbuang yang telinganya ketutup jamur merang :p
Bob Marley (tentu), Alpha Blondy, UB40, Big Mountain, Inner Circle, O'yaba dengan lagu Paradise-nya, Shaggy dengan hits Bombastic-nya, Lucky Dube, Rhoma Irama, Caca Handika, Neneng Anjarwati, adalah segelintir musisi reggae yang 'membesarkan' saya dengan lagu-lagunya, sejak saya masih jongkok di bangku SD.

Setiap hari, terutama menjelang sore, setiap rumah yang ada soundsystem-nya pasti memutar lagu-lagu itu. Tentu, selayaknya seorang bocah unyu, saya juga pasti mendengarkan lagunya Trio Kwek Kwek dan artis cilik lainnya seperti Ateng. *dikeplak*

Gara-gara itulah, sampai sekarang saya seolah mati rasa kalau dengar lagu genre lain. Hanya segelintir saja yang bisa 'masuk' ke telinga saya.
Saya punya banyak lagu reggae, dari ratusan artis. Memang, tidak semua saya beli albumnya, ada yang ................. yah you know lah ;)
Oke lupakan.
Dari sekian banyak lagu tadi, saya berusaha memilihkan beberapa untuk kamu dengarkan. Iya kamu. Kamu yang sudah kurang piknik, selera musiknya juga ancur pula. Kasihan.

Kenapa 25+1?
Karena kalau ditulis 26 lagu, jadi tanggung. Judulnya jadi sedikit kurang 'menjual'. Begitu kata Bang Minggus.
Untuk urutannya pun bukan berdasarkan bagus atau tidaknya itu lagu. Hanya penomoran biasa tanpa arti apa-apa. "Apalah arti sebuah nomor", kata Bang Minggus lagi. Walau beberapa lagu memang layak untuk ada di urutannya itu.
Yang pasti, lagu-lagu ini akan bisa membuat kalian bebas dari rasa galau berkepanjangan. Dan yang lebih penting, lagu-lagu ini akan merubah pola pikir kalian yang menganggap reggae itu identik dengan santai, pantai dan just encet-encet.

Satu lagi. Judulnya memang "lagu reggae", tapi di list ini ada ska dan dancehall juga. Soalnya kalau ditulis semua, jadi terlalu panjang judulnya. Kan ini artikel, bukan jalan tol Cipali.

Oke, cukup basa basinya. Sebelum benaran basi.
Berikut lagu-lagu reggae pilihan kaka Chivo buat kamu. Enjoy!


+1. Salam - Ras Muhamad

Lagu yang juga dijadikan sebagai judul album terbarunya Ras Muhamad.
Album internasional pertamanya dia.
Album internasional pertama dari musisi reggae Indonesia.
Album reggae terbaru yang saya punya.

Ras Muhamad menunjukkan ke-ambassador-annya lewat album internasional ini. Tentu kakak bangga *dikeplak*
Reggae Indonesia to the world. Boom!



25. Nightshift/One More Night - Busy Signal

Reggae deejay satu ini, di ranah Dancehall, adalah salah satu yang toasting-annya agak 'tidak ramah' telinga pendengar reggae (dancehall khususnya), apalagi yang tidak suka reggae. Ibarat kalau di Rock ya seperti underground/deathmetal/apalah itu sebutannya, yang vokalisnya lebih seperti orang mabuk yang sedang muntah ketimbang nyanyi. Bukan mau bilang jelek ya, cuma saya tidak mengerti saja :D

Nah, di lagu ini, Busy Signal menyuguhkannya dengan lembut sekali.



24. Bale Nagi - Conrad Floresman

Lagu ini ada dalam album solo-nya "Tribute to the Land". Musiknya gak reggae banget, karena dibawakan secara akustik plus-plus (artiin sendiri deh tuh).



23. Rubadub (Done Know) - The Skints

Band asal London, yang melakukan inovasi dengan menggabungkan reggae, ska, dub, punk dan hip-hop di lagu-lagunya.
Unik. Fresh.
Dengarkan saja!



22. 123 I Love You - Tarrus Riley

Liriknya sederhana.
Musiknya easy listening.
Vokalnya serak-serak menggoda.
Ih cucok ciin!



21. Strength of a Woman - Shaggy

Lagu ini diperuntukkan bagi semua wanita di seluruh dunia. Wanita tulen ya, yang sudah sejak dari kandungan adalah wanita, bukan yang jadi-jadian.

Begini lirik pada chorus-nya :

She'll put a smile upon your face
And take you to that higher place
So don't you under estimate
The strength of a woman

Simple tapi dalem :D
Aransemen-nya pun 'ramah telinga' segala kalangan masyarakat, termasuk yang alay sekalipun.
Video klipnya juga keren.



20. Niang Flores - Florasta

Lagu berbahasa daerah dari band reggae lokal Maumere ini menceritakan tentang pulau saya tercinta.
Niang Flores itu artinya Pulau Flores. Tanah leluhur. Tanah pusaka. 'Till death do us part  *loh
Musiknya tidak pure reggae. Tipikal musik reggae Indonesia era '90an banget. Tapi asyik, dan masih bisa dinikmati oleh para kaum alay zaman sekarang.

*maaf saya tidak ketemu video klip ataupun fotonya, jadi ke rumah saya saja, nanti saya putarkan kasetnya :p


19. Judge Dread - Prince Buster

Prince Buster adalah salah satu legenda musik ska di Jamaika. Seorang penyanyi dan juga produser.
Lagu ini merupakan sebuah sindiran kepada seorang hakim yang otoriter dalam memberikan hukuman. Di lagu ini sebenarnya dia tidak bernyanyi, tapi lebih ke deklamasi (cenderung baca), dengan meng-impersonate si hakim pada saat jalannya sidang, yang diiringi musik ska.



18. Shot by Love - Protoje ft. Toi

Musiknya easy listening, lebih menonjolkan suara manjanya Toi dan toasting-an dari Protoje.
So good vibes!



17. One Day - Matisyahu

Lagu yang berisi harapan penyanyi berdarah Yahudi ini, yang juga pasti adalah harapan semua orang di dunia. Harapan untuk hidup damai, berdampingan satu sama lain, tanpa perang, kekerasan dan permusuhan. Satu hari nanti.
Say Amen saudara-saudara!



16. Lighthouse - Ziggy Marley

Lagu yang terdapat di album terbarunya Ziggy (Fly Rasta - 2014) ini, hanya sedikit saja memasukkan reggae tune di dalamnya. Lebih menonjolkan suara khasnya dia.
Mungkin biar pesan yang ada di dalam lagu ini lebih mudah tersampaikan ke pendengar. Entahlah. Mungkin saya sotoy.



15. Yele Kuye - Ras Muhamad & Daddy T

Lagu yang ada dalam album kolaborasi mereka berdua (Berjaya - 2012) ini, beat-nya asyik. Joget-able!
Salah satu album yang saya punya, lengkap dengan tandatangan Ras ;)



14. Cherry Oh Baby - Eric Donaldson

Salah satu band reggae yang 'membesarkan' saya adalah UB40. Sialnya baru beberapa tahun terakhir ini saya baru tahu kalau lagu Cherry Oh Baby yang ada dalam album Labour of Love (1983), ternyata penyanyi aslinya bukan mereka, tapi salah satu legenda reggae, Eric Donaldson.

Lagu ini spesial, karena di tahun 1971 memenangi Jamaican Festival Song Competition. Saking hitnya, The Rolling Stones pun meng-cover-nya di album mereka, Black and Blue (1976).

Nuansa lawasnya begitu terasa. Juga suara uniknya Eric Donaldson yang sangat menonjol.
Every baheula vibration, is always a good vibration. Betul tidak sahabat super?



13. Tunggulah Tunggu - Monkey Boots

Suaranya si Denny yang renyah, diiringi musik ska dengan sedikit sentuhan keroncong yang lembut, membuat lagu ini menjadi krenyes-krenyes. *kerupuk kali mas*

Albumnya sudah lama nangkring di rak saya. Walau belum dilegalisir :D



12. The One - Sara Lugo

Track pertama dalam album terbaru dari penyanyi berdarah Jerman ini (Hit Me with Music - 2014).
Aransemen musiknya ala-ala ska jadul yang uptempo. Ditambah dengan suaranya yang seksi.
Asyik banget!



11. Hold My Hand - Sean Paul

Lagu dari salah satu musisi dancehall favorit saya ini cocok sekali buat kalian yang mau gombalin pasangan. Dijamin pasti disambit sendal sama bapaknya.
Kalau yang tidak ada pasangan, tonton saja video klipnya. Pasir pantainya bagus ;)



10. Yeshua - Avion Blackman

Penyanyi yang bernama asli Avion Claudette Trudy Henrietta Blackman ini adalah istri dari front-man band reggae: Christafari, yaitu Mark Mohr, yang juga sekaligus sebagai vokalis di band tersebut.

Lagu gospel dengan balutan irama roots reggae yang smooth ini terdapat dalam albumnya yang berjudul Sweet Life.
Coba dengarkan sambil tutup mata. Adem tenan rek!



09. Nurani Bicara - Tony Q ft. Vicky 'Burgerkill'

Di dalam album Menjemput Mimpi yang dirilis akhir 2014 lalu, Tony Q bereksplorasi dengan mengajak beberapa musisi-lebih tepatnya rocker-untuk berkolaborasi. Ada Roy Jeconiah, Candil, Ipang Lazuardi, Melanie Subono, Vicky Burgerkill, dan Nugie.

Dan single Nurani Bicara ini adalah favorit saya.
Dengarin saja, biar tahu bagaimana cetar-nya nge-growl (atau apalah itu istilahnya) yang dipadukan dengan irama musik reggae. Rasanya seperti lelehan coklat yang lumer dalam mulut. Pecaaah!

Sayang album ini tidak diproduksi massal. Hanya beberapa saja pada saat launching, yang sialnya diadakan saat dompet saya sedang kosong :D



08. Rock Fort Rock - The Skatalites

Saya tidak mau banyak cincong lagi lah soal mbah-nya jamaican music ini. Dengarin sajalah lagu instrumentalnya ini.
Salam super!



07. Turn Your Lights Down Low - Bob Marley

Salah satu lagu cinta dari beliau (Exodus - 1977), yang katanya ditulis untuk Cindy Breakspeare (ibunya Damian Marley).

Lagu ini dan tiga lagu lain (Is This Love, Waiting in Vain, No Woman No Cry), konten liriknya bahkan dianalisa oleh Professor Carolyn Cooper untuk mengetahui pandangan seorang Bob Marley tentang perempuan. Keren!



06. Smile Jamaica - Chronixx

Salah satu generasi baru musisi reggae Jamaika.
Lagu ini, menurut analisa sotoy saya, menceritakan tentang negaranya, Jamaika, yang dianalogikan oleh dia dengan seorang gadis.
Lihat saja penggalan liriknya berikut ini :

She has a rich history
A beautiful woman with the sweetest gifts
Beautiful sunrise and an evening kiss
I find a nice sunset on the evening seas
But she told me that she's tired
Tired of exploit and liars
She gave them reggae beaches flowers and ferns
All she got was abusing in turn

*cocok ditujukan buat Indonesia juga kan :D

Vokalnya si Chronixx yang renyah, dengan aransemen musik yang easy listening, membuat lagunya benar-benar asyik.



05. A Letter To Mama - Ras Muhamad

Saya sangat suka dengan lagu-lagu yang khusus dipersembahkan untuk ibu. Saya bahkan punya CD kompilasi lagu-lagu seperti itu, dari band/penyanyi lintas genre. Memang sih itu burning-an dari hasil download di youtube. Soalnya tidak ada yang dikeluarkan label resmi. Saya sudah cari kemana-mana. Sumpah deh! ;)

Dan Ras Muhamad, lewat lagu ini, melakukannya dengan sangat keren. Favorit saya, selain lagu Ibu dari Iwan Fals.



04. Well Done - Kabaka Pyramid

Kekuatan musisi yang satu ini ada pada lirik-liriknya yang brilian. Termasuk lagu ini.
Cocok di putar di sela-sela sidang paripurna DPR/MPR atau sidang kabinet, biar pada mudeng sama apa yang dikerjakannya.



03. Haleluya, Alhamdulillah - Tony Q

Yang saya suka dari legenda reggae Indonesia ini adalah lirik lagu-lagunya yang sederhana dan mudah dicerna, tapi pesannya dalam banget.
Salah satunya lagu yang ada dalam album Membentang Sayap ini.



02. Jerusalem - Alpha Blondy

Salah satu legenda reggae yang 'membesarkan' saya.
Lagu ini mungkin lagunya Alpha Blondy yang paling sering dinyanyikan/di-cover oleh band-band reggae lain. Papa Bakoye juga. Mungkin.

Lagu ini tentang kota tua penuh sejarah di Israel. Kota suci bagi para penganut agama-agama samawi. Kota dimana you can see Christians, Jews and Muslims, living together and praying. Begitu kata kaka Alpha.



01. Redemption Song - Bob Marley

Salah satu dari sekian banyak 'lagu berat' yang dibuat Bob Marley. Single terakhir dari Bapak Reggae ini.

Mungkin karena versi original-nya akustikan, kalau ada yang cover, saya pun lebih suka dengar versi cover yang akustik daripada full band. Termasuk versi full band resminya yang dirilis Oktober 1980 (maaf kalau saya salah data). Lebih dapat feel-nya dari lagu ini kalau akustik (bagi saya).




So, yang mana favorit kamu?


Sampai ketemu di rekomendasi lagu-lagu reggae lainnya.
Tunggu saja.
Kaka Chivo janji ;)



Tabe!


*Disclaimer :
- Saya hanya sekedar share. Copyright milik yang empunya lagu & video.
- Maaf untuk yang videonya bukan official. Tidak ada maksud apa-apa, cuma karena tidak dapat saja :D

Selasa, 08 September 2015

Bolak-Balik Mencari Curug Dago

"Ojek a"

Godaan dari pria-pria berjaket kulit yang duduk di atas motor itu berulangkali terdengar di telinga saya. Pasalnya gara-gara saya yang sedang kebingungan mencari jalan setapak menuju Curug Dago, setelah turun dari angkutan umum (angkot).
Info yang saya print dari hasil browsing di mbah google, tertulis "kalau dari Terminal Dago, masuk ke jalan setapak yang berukuran satu meter di seberangnya". Ada dua jalan, lebih tepatnya gang, yang spesifik (setidaknya mendekati) dengan info itu. Tapi karena agak ragu, saya memutuskan untuk jalan sedikit ke arah selatan, menyusuri Jl. Ir. H. Juanda. Langkah kaki saya terhenti, saat sampai di sebuah jalan masuk, karena saya langsung yakin 100% kalau itu bukan jalannya. Berdasarkan info yang saya print, jalan masuknya itu cuma bisa menggunakan kendaraan roda dua atau dengan berjalan kaki, sementara jalan di depan saya banyak mobil yang lalu lalang. Jelas BUKAN berarti!

Akhirnya saya balik lagi ke arah pintu terminal, menuju belokan sekaligus turunan yang mau ke arah Lembang, sambil tetap mengabaikan godaan para pria berjaket kulit yang semakin menjadi-jadi. Setelah berjalan kira-kira 700 meter, saya kembali ragu dengan jalan ini.
Berhenti sejenak. Berpikir.
Opsi-nya cuma dua: turun terus dengan resiko naiknya ngos-ngosan dan betis mengencang, atau kembali ke titik awal depan Terminal Dago dengan resiko ketemu lagi dengan pria-pria penggoda itu. Ah, seandainya ada Dora di saat seperti ini, pasti petanya bisa membantu.
Saya lalu memutuskan untuk memilih opsi yang kedua. Kembali ke titik awal.

Mungkin sampai paragraf ini, yang baca pasti pada bingung kenapa saya tidak bertanya saja.
Sebenarnya saya sudah sempat bertanya ke sopir angkot saat turun, tapi alih-alih menunjukkan jalannya dia malah menyuruh saya naik ojek, bahkan dipanggilkan pula sama dia. Kebaikan yang patut ditolak saudara-saudara!
Sebagai pejalan yang menyandang predikat cheap bastard, saya tahu betul kalau ojek menuju tempat wisata itu ongkosnya pasti mahal, sedekat apapun jaraknya. Apalagi walaupun penampilan bak gembel ibukota, wajah Bradley Cooper saya ini tidak bisa membohongi kalau saya turis, bukan Kabayan yang sedang mencari Siti Romlah. Jadi lebih baik jalan kaki, walau kebingungan. Tuhan memberikan sepasang kaki buat manusia, ya untuk dipakai jalan kan. Bisa menguatkan tulang malah, kalau jalan kaki ribuan langkah sehari. *sudah, diaminkan saja*

Nah, setelah balik dari turunan, saya memutuskan untuk coba masuk ke dua gang kecil tadi. Sayang yang ini malah lebih parah. Gang pertama cuma 100 meter saja sudah buntu. Gang kedua pun sama. Sudah jalan jauh kira-kira 700 meter, ujung-ujungnya buntu juga.
Balik lagi ke depan terminal, ketemu lagi dengan pria-pria penggoda berjaket kulit yang masih terus menawarkan jasanya.
Saya pun lalu memutuskan kembali ke belokan sekaligus turunan ke arah Lembang tadi. Tapi baru beberapa langkah ke bawah, saya akhirnya sadar kalau saya punya sebuah produk kemajuan teknologi bernama smartphone, berbasis android, keluaran Samsung, yang ada aplikasi google maps didalamnya, yang kebetulan aktif juga paket internetnya.
Setelah percobaan pertama dengan mengetik kata Curug Dago gagal, karena yang ditunjuk malah daerah Tebing Keraton, saya lalu coba mencari dengan kata petunjuk Taman Budaya Ganesha (sesuai info yang saya print). Dan setelah keluar hasilnya, ternyata jalan menuju Taman Budaya itu adalah jalan pertama yang saya yakin 100% bukan tadi. Namanya Jl. Bukit Dago Utara.

Setelah masuk kesitu, terus lewat Jl. Bukit Dago Utara III (sesuai petunjuk maps), masuk kira-kira 800 meter, sampailah saya ke titik yang ditunjuk google maps tadi, yaitu tempat parkir Balai Pengelolaan Taman Budaya, yang tidak ada satupun kendaraan yang parkir, dan tidak ada juga tukang parkirnya. Mau tanya ke siapa. Bahkan rumput yang bergoyang pun tidak ada, karena tempat parkirnya diaspal.
Akhirnya saya coba lewat jalan yang menurun, dengan asumsi kalau curug itu biasanya selalu ada di lembah.

Tidak lama berjalan, ketemu seorang ibu separuh baya yang sepertinya mau mengantarkan makanan untuk suaminya di kebun, yang lalu menunjukan ke saya arah menuju jalan yang benar. Disuruh bertobat.
"Kalau mau ka curug dago teh si ujang mesti lewat jalan itu, lurus terus, nanti ketemu pohon jati gede, di situ ada tangga-tanggaan, nah baru si ujang turun lewat situ".
Begitu kata si Ibu tadi, tanpa menjelaskan siapa sosok si ujang* yang dia maksud.

Singkat cerita, jalanlah saya mengikuti arahan ibu itu. Tapi sudah sepuluh menit kok tidak ketemu-ketemu pohon jati gede-nya. Banyak memang pohon-pohon besar, tapi saya yakin itu bukan jati.
Dan tiba-tiba sampailah saya di depan sebuah papan nama jalan, bertuliskan Jl. Bukit Dago Utara. Tempat saya masuk tadi. Ternyata jalannya berbentuk huruf U, jadi saya hanya berjalan memutari saja tempat ini dari tadi.

Walau sudah agak hilang semangat, tapi karena masih penasaran, apalagi sudah kepalang tanggung dan kepalang pegal, jadi balik lagi saya ke dalam. Coba masuk ke Jl. Bukit Dago Utara II, tapi nihil. Ketemu rumah-rumah warga saja.
Sempat bertanya dulu ke seorang perjaka terakhir yang ada di kampus Pasca Sarjana Fisip Universitas Padjajaran, tapi tidak tahu juga. Sepertinya, menunjukkan arah jalan menuju Curug Dago bukanlah spesialisasinya dia. Dari penampilannya, mungkin dia hanya tahu tentang harga lipstik dan maskara saja.

Saya lalu coba masuk ke Jl. Bukit Dago Utara I, dan memutuskan akan langsung pulang kalau kali ini tidak ketemu juga. Dan buah kesabaran itu ternyata selalu manis, seperti kolak pisang. Yang disuap Chelsea Islan.
Tidak lama berjalan, akhirnya saya menemukan sebuah tangga menurun dari beton yang cukup curam, menuju ke arah lembah. Walau tidak menemukan pohon jati besar seperti kata ibu-ibu tadi, hati tetap terasa lega, dan timbul percikan energi untuk buang air kecil. Pencarian ini membuat saya kebelet saudara-saudara.

Tangga-tanggaan
Sayup-sayup mulai terdengar suara aliran air, setelah 1 KM (mungkin kurang) menuruni tangga.

Berada di tengah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, air terjun yang tidak seberapa tinggi ini tersembunyi di balik rindangnya pepohonan. Terbentuk dari aliran Sungai Cikapundung, yang mengalir dari Maribaya menuju Kota Bandung.

Masih ada secuil keindahan masa lalu yang tersisa dari curug mungil ini. Keindahan yang dulu memikat hati duo raja Thailand beda generasi dari Dinasti Chakri; Raja Rama V (Chulalonkorn) dan Raja Rama VII (Pradjathipok Pharaminthara). Jejak sejarah keduanya terpatri dalam dua buah prasasti batu tulis yang berada di dalam dua bangunan bercorak Thailand di dekat curug berada.
Sejarah yang mungkin mempengaruhi pandangan si petugas di pintu masuk, yang mengira saya berasal dari Thailand. Padahal kontur wajah saya lebih mirip India atau Arab atau China, kalau dilihat lewat sedotan dari puncak Monas. Atau jangan-jangan dikira orang Thailand karena perawakan saya mirip ladyboy gagal operasi. *ih cucok*




Sayang, kemolekan curug ini sudah termakan zaman. Terenggut ke-masif-an pembangunan. Pemukiman yang makin padat diatasnya, juga banyaknya pabrik-pabrik pengolahan, menyebabkan hutan yang dahulunya berfungsi sebagai pelindung ekosistim alam semakin lama semakin tergerus.
Hutan tergerus, Sungai Cikapundung terkena dampaknya, Curug Dago ikut kena imbasnya. Debit air sungainya makin berkurang. Airnya pun makin keruh, berwarna kecoklatan, dan banyak sampah yang mengotori aliran sungai. Belum lagi pengelolaan objek wisata ini yang sepertinya begitu-begitu saja. Kedua bangunan tempat prasasti berada, terlihat penuh debu dan tak terawat. Mungkin kalau kedua prasasti itu bisa ngomong, pasti tidak akan bohong, kalau sakitnya tuh di sini.


Kang Goofy pengen eksis
Dengan pengelolaan yang biasa-biasa saja itu, biaya karcis masuk yang dikenakan sebesar 11.000 rupiah terasa sangat amat mahal sekali. Gak worth it kalau kata anak gaul Jakarta. Padahal lumayan penuh perjuangan untuk mencari tempat ini, karena ketiadaan papan penunjuk arah.
Harus lebih diperhatikan lagi oleh Pemda Kota Bandung (maaf kalau salah). Tidak harus dengan menambah debit air, karena itu sepertinya susah. Sangat susah. Karena entah butuh berapa galon air buat mengairi sungai seperti itu. Tapi setidaknya dengan menjaga keasrian dan merawat fasilitas yang ada, atau membuat taman konseptual seperti yang sudah dibuat di tengah kota Bandung itu. Karena tempatnya cukup sejuk, yang bisa menjadi salah satu alternatif untuk 'melarikan diri' dari ruwetnya rutinitas harian.



Tabe!


*Ujang itu panggilan orang Sunda untuk anak muda. Saya tahu, cuma sengaja, biar tulisannya sedikit menarik saja :D

- Ane bikinin petanya deh ;)