Kamis, 18 Februari 2016

Mencari Ben's Perfecto di Kedai Filosofi Kopi

"Jadinya pesan yang mana Mas? Black or White?"

Suara laki-laki berkumis tipis dari balik meja kasir itu menyadarkan saya, yang sedari tadi hanya menatap kosong papan daftar menu. Mencari satu menu kopi yang 'menarik' saya jauh-jauh ke selatan kota ini.
Ben's Perfecto.
Racikan kopi termashur se-Jakarta Raya. Sebuah masterpiece dari tangan dingin seorang Ben, The Mad Barista.

Sayang, sampai segelas Long Black sudah hadir di hadapan saya, tak ku temukan menu kopi itu. Di balik mesin espresso memang tampak para barista yang sedang sibuk meracik kopi dengan cekatan. Tapi tidak ada Ben di sana. Laki-laki berambut gondrong berantakan, yang selalu penuh semangat melayani setiap orang yang datang, sambil menjelaskan filosofi dari setiap kopi yang ada.

Saya memilih duduk di salah satu sisi kedai, di samping meja kasir. Satu-satunya sisi yang belum terisi. Menyesap dengan perlahan kopi Long Black yang saya pesan. Racikan kopi hitam ala orang Australia ini memang favorit saya. Dari semua racikan kopi yang ada di kedai kopi modern, sepertinya ini yang pas di lidah saya yang seumur hidup hanya 'mengenal' kopi tubruk saja ini.
Barista di sini membuatnya begitu pas. Tidak watery. Enak di lidah.


Sambil menikmati teguk demi teguk kopi, saya memikirkan kembali kenaifan saya, yang berharap suguhan dari film Filosofi Kopi yang ku tonton beberapa waktu sebelumnya, juga ada di kehidupan nyata.
Kedai yang menjadi setting filmnya ini, menambah rasa penasaran nan naif akan racikan kopi fiksi, Ben's Perfecto itu. Tempatnya masih sama persis dengan di film. Kaca depannya yang lebar, tempat brewing kopi yang berada di tengah, dan detail interior yang tetap dipertahankan.


Kesuksesan filmnya, menjadikan Kedai Filosofi Kopi ini menghadirkan nuansa yang berbeda dengan kedai kopi lainnya. Walau berada di tengah hiruk pikuk Melawai dan Blok M, magnetnya bagi anak-anak muda tetap begitu besar.
Semakin larut, semakin ramai pengunjung berdatangan. Mengantri demi secangkir kopi. Mereka mungkin sama seperti saya, berharap yang tampak di layar kaca hadir juga di dunia nyata, di depan mata. Sambil menerka-nerka filosofi yang terkandung di setiap suguhan kopi yang ada.

Dan seiring tandasnya kopi saya, segera ku langkahkan kaki keluar dari kedai ini. Meninggalkan riuh obrolan para pengunjung, dan beberapa yang sedang heboh ber-selfie ria. Kedai ini sepertinya memang memberikan keleluasaan yang cukup besar bagi setiap tamunya untuk mengambil foto, bahkan hingga ke area si barista.

Selama masih ada kopi,
orang-orang akan menemukan filosofinya
Saya memutuskan akan kembali kesini lagi. Kedai ini masih 'berhutang' Affogato Orgasm pada saya. Perpaduan es krim, durian dan kopi yang ada di dalamnya, pasti akan menjadikan racikan minuman ini begitu nikmat. Ekspektasi yang beralasan memang dengan komposisi seperti itu.

Harapku, saat kembali lagi kesini, bisa bersua dengan Ben dan Jody, duo sahabat yang menjadi roh dalam kisah Filosofi Kopi milik Dewi 'Dee' Lestari. Sebuah karya fiksi yang diterjemahkan ke dunia nyata dalam rupa Kedai Filosofi Kopi ini.
Dan mungkin saja dengan begitu, saya bisa disuguhkan secangkir Ben's Perfecto, langsung dari yang empunya maharaja racikan kopi itu.

Ah, kenaifan saya masih belum hilang juga.

Tapi bisa saja kan? :D



Tabe!


PS:
- Alamat Kedai FilKop : Jl. Melawai 6 Blok M No. 8, JakSel. Seberang M Hotel, Pusat Niaga Blok M Square, samping Circle K.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar