Senin, 14 November 2016

Dreezel Coffee

'Praktek' nongkrong sambil ngopi yang kini menjadi gaya [-gayaan] hidup-terutama di kota-kota besar-membuat tampilan kedai kopi yang kece adalah keharusan, demi memuaskan hasrat anak-anak muda kekinian untuk menjadi sosok yang hits di segala jenjang media sosial.

Tetek bengek interior dan eksterior kedai diperhatikan sedetail mungkin agar bisa instagrammable maksimal, sehingga spesies berwajah biasa-biasa saja pun bisa tampak cetar bak Princess Syahrini ketika ber-selfie ria.


Namun tidak dengan kedai kopi di Jl. Cisangkuy ini. Mereka hanya memanfaatkan bekas pos satpam di halaman sebuah rumah-atau mungkin kantor-yang disulap menjadi coffee bar untuk menyeduh kopi yang hendak disajikan.
Meja dan kursi untuk pengunjung tersusun di sekeliling 'pos', yang adalah halaman parkir. Itu pun tidak banyak, karena masih harus menyisakan sedikit space parkiran.

Tapi bukan berarti Dreezel Coffee tidak 'dilirik' orang. Seperti kata Ben si barista Filosofi Kopi, "kopi yang baik akan selalu menemukan penikmatnya". Sudah ada yang nongkrong saat saya sampai. Rata-rata mereka juga adalah anak-anak muda, yang sepertinya kekinian, karena tidak berpenampilan seperti saya. hehe
Beberapa duduk di bangku tepat di depan coffee bar, [sepertinya] sedang melakukan coffee cupping kecil-kecilan.

Hampir semua pengunjung yang ada, terlihat akrab bercengkerama dengan para barista. Mungkin sudah menjadi pelanggan tetap di kedai kopi ini. Bisa juga mereka memang berteman, karena seringkali kedai-kedai kopi seperti ini memanfaatkan jaringan pertemanan (komunitas)-entah dunia nyata maupun maya-untuk 'mengenalkan' kedai kopi milik mereka.

Saya lalu memutar sedikit menuju belakang 'pos', bertemu dengan si barista untuk memesan. Terlihat sempit sekali bagian dalam kedainya karena dipenuhi berbagai macam alat-alat seduh kopi. Biasanya saya selalu memesan antara tiga menu; Tubruk atau Longblack atau Cappuccino. Tapi sore itu saya ingin mencoba menu lain, yaitu racikan manual brew ala third wave coffee shop, yang kini sedang digandrungi para penikmat kopi.
Ketidaktahuan saya akan racikan seperti itu, membuat saya pun mengiyakan tawaran rekomendasi dari si barista.


Tidak terlalu lama saya menunggu, si barista berambut klimis pun datang dengan gelas di tangan kiri dan tabung kaca ala laboratorium kimia yang berisi cairan kemerahan di tangan kanan.

"Di seduh menggunakan alat seduh V60, dengan single origin yang dipakai adalah Manglayang Karlina. Bean asli bumi Parahyangan. Untuk yang baru mencoba seduh manual, single origin ini pas, karena bodinya ringan dengan sedikit rasa asam". Si barista menjelaskan, sambil menuangkan kopinya ke gelas dan memberikan ke saya untuk dicoba. *kata-katanya sedikit diedit :D

Ini teh kopi apa teh?
Saya memang tidak begitu asing dengan V60 ini. Sudah sering saya baca soal alat seduh yang sepertinya salah satu andalan dalam dunia 'per-manualbrewing-an'. Katanya metode pour over dengan V60 ini bisa menghasilkan kopi yang cenderung memiliki aroma lebih kuat, hasil kopi yang bersih, dan menonjolkan karakter-karakter tertentu.
Sajian Manglayang Karlina yang saya coba di Dreezel Coffee ini pun sepertinya mengiyakan penjelasan di atas. Ada sensasi lemon yang menyeruak di setiap seruputan. Maafkan kalau seharusnya karakter rasa lain yang muncul. Saya bukan Q Grader handal, tidak juga pernah ikut coffee cupping. Saya hanyalah remah-remah rengginang di sudut kaleng khong guan, yang kebetulan suka ngopi :D

gelembung-gelembung sukaria
Di depan saya ada seorang pemuda harapan bangsa-yang sepertinya meminum menu kopi yang sama juga-terlihat menjejali kopi miliknya dengan beberapa bungkus gula.

Kata teman saya, minum kopi itu harus tanpa gula. Jadi citarasa aslinya bisa terasa. Menurut artikel-artikel yang pernah saya baca pun seperti itu. Tapi bagi saya sih hal itu kembali lagi ke selera masing-masing orang. Tidak bisa dipaksakan dengan segala tetek bengek aturan baku yang ada. Saya pun baru beberapa tahun belakangan ini 'sok-sokan' minum kopi tanpa gula.

Makanya saya tetap memaklumi si pemuda harapan bangsa tadi, walaupun sudah bungkus ketujuh gula yang dia tuangkan.
Kok banyak ya??? -_-'. hahaha

Ah sudahlah.
Yang pasti racikan kopi dengan metode pour over menggunakan V60 ini-yang baru pertama kali saya coba-sepertinya membuat saya ketagihan. Membuat saya juga ingin mencoba racikan manual brew lainnya. Siapa tahu hidup saya lebih berwarna lagi. Walau 'si tubruk' pun sudah memberikan warna-warni itu, tak ada salahnya mencoba hal baru.
Cheers! ;)

mau pesan apa neng?



Tabe!



PS:
> Alamat Dreezel Coffee: Jl. Cisangkuy, No. 56, Bandung.
> Buka setiap hari: 08.00 - 22.00.
> IG: @dreezelcoffee.
> Email: dreezelcoffee@gmail.com.
> Letak Dreezel Coffee ini di depan Taman Lansia, pas di perempatan Jl. Cimanuk - Jl. Cisangkuy, tidak jauh dari Pasar Cisangkuy atau Yoghurt Cisangkuy.
> Peta (*akhirnya tau cara sematin google maps ke blog. yeaaay!! :p):

Tidak ada komentar:

Posting Komentar